A.
PENDAHULUAN
Pada era informasi abad ini, teknologi informasi dan komunikasi atau ICT
(Information and Communication
Technology) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
global (Subrata, 2009:1). Kehidupan global tersebut membuat lembaga di pemerintahan
termasuk lembaga perpustakaan berlomba untuk mengintegrasikan ICT guna
membangun dan memberdayakan sumber daya manusia berbasis pengetahuan teknologi agar
dapat bersaing dalam era global. Persaingan ini memberikan dampak positif bagi
lembaga untuk menuju era informasi digital yang perkembangannya semakin cepat
seiring waktu berjalan.
Perpustakaan saat ini telah berkembang sedimikian pesatnya sesuai
perkembangan zaman. Perkembangan perpustakaan dalam beberapa periode ini telah
banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Hamim (2012:73)
mengemukakan bahwa perpustakaan sebagai salah satu “aktor” yang berperan dalam
pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian informasi mau tidak mau harus
berhadapan dengan apa yang dinamakan teknologi informasi ini. Jika perpustakaan tertinggal atau tidak
mengalami perkembangan kemajuan dengan adanya perkembangan informasi tersebut,
maka perpustakaan akan ditinggalkan oleh masyarakat karena perpustakaan dianggap
sebagai sebuah lembaga yang ketinggalan zaman, kuno dan tidak berkembang
seperti pada lembaga pemerintah lainnya yang sudah berkembang sebelum
perpustakaan.
Teknologi informasi di perpustakaan merupakan bagian dari tolak ukur
kemajuan dan modernisasi dari sebuah perpustakaan, baik itu perpustakaan umum,
perpustakaan khusus, perpustakaan perguruan tinggi maupun perpustakaan sekolah.
Hal ini sejalan dengan apa yang menjadi tuntutan dari masyarakat yang memang
sudah mengerti akan segala macam bentuk teknologi Iinformasi. Seiring dengan
adanya kabar terbaru ini bahwa World
Summit of Information Society (WSIS)
yang menjadi Action Plan UNESCO
menargetkan pada tahun 2015 sebagian besar penduduk dunia harus memiliki akses
terhadap informasi yang berbasis Teknologi Iinformasi dan Komunikasi (TIK).
Dengan adanya gejala dan permasalahan serta fenomena inilah membawa
dampak kepada apa yang disebut dengan Layanan Perpustakaan Berbasis Teknologi
Informasi dan komunikasi (ICT). Perkembangan ICT ini akhirnya melahirkan sebuah
perpustakaan berbasis komputer. Perpustakaan berbasis komputer seerti ciri
adanya automasi perpustakaan dan akhirnya terdapat apa yang disebut
perpustakaan digital (Digital Library).
Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan
perpustakaan tradisional. Chapman dan Kenney (Subrata 2009), mengemukakan empat
alasan yaitu: institusi dapat berbagi koleksi digital, koleksi digital dapat
mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal, penggunaannya akan
meningkatkan akses elektronik dan nilai jangka panjang koleksi digital akan
mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya.
B.
PERPUSTAKAAN
Definisi perpustakaan di masyarakat awam belum begitu familiar oleh
karena itu banyak anggapan masyarakat awam memandang perpustakaan seperti
gudang penyimpan buku. Oleh karena itu, masyarakat jarang ke perpustakaan.
Sosialisasi kepada masyarakat awam mengenai perpustakaan sebaiknya perlu di
tinjau ulang agar pandangan mengenai perpustakaan yang dari perpustakaan hanya
sebagai gudang namun menjadi perpustakaan sebagai jendela ilmu dan informasi.
Banyak definisi mengenai perpustakaan yang dapat dimengerti oleh masyarakat
pada umumnya namun masyarakat awam memandang perpustakaan hanya sebagai tempat
membaca buku, padahal banyak kegiatan belajar yang dapat dilakukan di
perpustakaan. Definisi-definisi perpustakaan menurut berbagai pandangan dapat
digambarkan sebagai berikut ini:
Menurut Random House Dictionary of
the English Language, perpustakaan adalah suatu tempat yang berupa sebuah
ruangan atau gedung yang berisi buku-buku dan bahan-bahan lain untuk bacaan
studi maupun rujukan. Perpustakaan diartikan sebuah ruangan atau gedung yang
digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan
menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual (Sulistyo,
Basuki:1991). Secara lebih umum, Yusuf dan Suhendar (1:2005) menyatakan bahwa
perpustakaan adalah suatu tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan
penghimpunan, pengelolaan dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam
informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti
buku, majalah, surat kabar, film, kaset. tape
recorder, video, komputer dan lain-lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa
perpustakaan adalah sebuah unit organisasi nirlaba yang bertujuan sebagai pusat
sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya, di mana didalamnya
terdapat banyak sumber bahan pustaka baik cetak maupun non cetak yang dapat
diakses dan dimanfaatkan oleh para penggunanya. Di era sekarang ini
perpustakaan tidak bisa di pandang sebelah mata karena dapat digambarkan
sebagai suatu urat nadi bagi suatu instansi pemerintahan, organisasi pendidikan
dan lembaga pemerintah juga lembaga swasta. Hal itu mengapa bisa terjadi?
karena perpustakaan kini tidak lagi hanya menjadi tempat menyimpan dan mencari
buku, tetapi perpustakaan kini menjadi sumber tempat mencari informasi. Dari
perpustakaan kita dapat mencari informasi mulai dari yang bersifat ilmiah, semi
ilmiah, populer, sejarah, cerita-cerita fiksi hingga informasi yang bersifat
aktual dan tempo.
C.
PEPRUSTAKAAN DIGITAL
1.
Hakikat
Perpustakaan Digital
Istilah perpustakaan digital itu sendiri digunakan sekitar tahun 1994
sebagaimana diuraikan Harter (1997) dalam Chisenga (2003), penggunaan istilah
perpustakaan digital secara relatif dapat ditelusuri dalam tahun 1994 melalui
pembentukan Digital Libraries Initiative
(DLI) yang didanai bersama oleh National Science Foundation, Advanced Research
Projects Agency dan National Aeronautics and Space Administration di Amerika. Perpustakaan
Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi
yang mendukung akses objek informasi tesebut melalui perangkat digital
(Sismanto, 2008). Lesk (dalam Pendit, 2007) memandang perpustakaan digital
secara sangat umum sebagai mata-mata kumpulan informasi digital yang tertata.
Arms (dalam Pendit, 2000) memperluas sedikitnya dengan menambahkan bahwa
koleksi tersebut disediakan sebagai jasa dengan memanfaatkan jaringan
informasi. Selain istilah perpustakaan digital (Digital Library) terdapat juga istilah lain seperti Electronic Library, Virtual Library, Cyber
Library, dan lain sebagainya dimana semua itu memiliki makna yang sama
yaitu perpustakaan yang memiliki koleksi dalam bentuk digital dan dapat diakses
oleh para pengguna dimanapun dan kapanpun.
Perbedaan “perpustakaan biasa” dengan “perpustakaan digital” terlihat
pada keberadaan koleksi (Subrata, 2009:5). Koleksi digital tidak harus berada
di sebuah tempat fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat
yang menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan kedua terlihat dari konsepnya.
Konsep perpustakaan digital identik dengan internet atau komputer, sedangkan
konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat.
Perbedaan ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja
pengguna itu berada dan dengan tanpa terbatasnya waktu, sedangkan pada
perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam yang telah
diatur oleh kebijakan organisasi perpusakaan tersebut.
National Information Standards Organization (NISO, 2007) dalam karyanya
berjudul: A Framework of Guidance for
Building Good Digital Collections menguraikan komponen-komponen utama yang
diperlukan sebagai standar pengembangan perpustakaan digital. Ada empat jenis
kriteria yang harus menjadi pokok utama, yaitu:
a. Collection (organized
groups of object), dengan prinsip-prinsip pengembangannya sebagai berikut:
1) Diwujudkan berdasarkan pada kebijakan
pengembangan koleksi yang jelas.
2) Koleksi sebaiknya dideskripsikan.
3) Dipelihara sepanjang waktu.
4) Tersedia secara luas.
5) Menghormati hak atas kekayaan
intelektual.
6) Memiliki mekanisme.
7) Koleksi interoperable.
8) Terintegrasi dengan alur kerja yang ada
dalam institusi.
9) Berkelanjutan sepanjang waktu.
b. Object (digital
materials) prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman:
1) Eksis dalam format yang mendukung
penggunaan yang diinginkan.
2) Bisa dipelihara dimana obyek tidak akan
menimbulkan rintangan dan dapat diakses setiap saat.
3) Bermakna dan berguna di luar konteks
lokal, mudah dipindahkan, bisa digunakan kembali, dan dapat dipertukarkan.
4) Ditandai dengan identifier yang tetap dan
bersifat unik.
5) Dapat diautentifikasi.
6) Memiliki metadata berkaitan.
c. Metadata (information about objects and collection), prinsip-prinsip yang
dapat digunakan:
1) Metadata sesuai dengan standar komunitas.
2) Mendukung interoperability.
3) Menggunakan authority control dan standar
konten
4) Mencakup tentang pernyataan tentang
syarat- syarat penggunaan obyek digital.
5) Mendukung pemeliharaan dan preservasi
jangka panjang terhadap obyek dalam koleksi.
d. Initiatives (programs
or project to create and manage collections), prinsip-prinsip yang dapat
diterapkan:
1) Memiliki desain dasar dan komponen
perencanaan.
2) Memiliki staf yang sesuai dengan keahlian
yang diperlukan untuk mencapai sasaran.
3) Mengikuti best practices untuk manajemen proyek.
4) Memiliki komponen evaluasi.
5) Memasarkan dan menyebarluaskan informasi
tentang proses dan hasil proyek kepada pemangku kepentingan.
D.
PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL
1. Sejarah Perpustakaan Digital
Lahirnya konsep dan ide mengenai perpustakaaan digital sebenarnya sudah
ada sejak tahun 1945 yaitu tepatnya pada bulan juli 1945, dimana istilah dan
ide tersebut dicetuskan oleh Vannevar Bush. Pada saat itu beliau mengeluhkan
penyimpanan informasi manual yang menghambat akses terhadap penelitian yang
sudah dipublikasikan. Untuk itu, beliau mengajukan ide untuk membuat catatan
dan perpustakaan pribadi (untuk buku, rekaman/dokumentasi dan komunikasi) yang
termekanisasi. Selama dekade 1950-an dan 1960-an keterbukaan akses terhadap
koleksi perpustakaan terus diusahakan oleh peneliti, pustakawan, dan
pihak-pihak lain, tetapi teknologi yang ada belum cukup menunjang.
Baru pada awal 1980-an fungsi-fungsi perpustakaan telah diotomasi melalui
perangkat komputer, namun hanya pada lembaga-lembaga besar mengingat tingginya
biaya investasi. Misalnya pada Library of
Congress di Amerika yang telah mengimplementasikan sistem tampilan dokumen
elektronik (electronic document imaging
systems) untuk kepentingan penelitian dan operasional perpustakaan. Pada
awal 1990-an hampir seluruh fungsi perpustakaan ditunjang dengan otomasi dalam
jumlah dan cara tertentu. Fungsi-fungsi tersebut antara lain pembuatan katalog,
sirkulasi, peminjaman antara perpustakaan, pengelolaan jurnal, penambahan
koleksi, kontrol keuangan, manajemen koleksi yang sudah ada dan data pengguna.
Dalam periode ini komunikasi data secara elektronik dari satu perpustakaan ke
perpustakaan lainnya semakin berkembang dengan cepat.
Pada tahun 1994, Library of
Congress mengeluarkan rancangan National Digital Library dengan menggunakan
tampilan dokumen elektronik, penyimpanan dan penelusuran teks secara elektronik
dan teknologi lainnya terhadap koleksi cetak dan non-cetak tertentu. Pada
September 1995, enam universitas di Amerika diberi dana untuk melakukan proyek
penelitian perpustakaan digital. Penelitian yang didanai NSF/ARPA/NASA ini
melibatkan peneliti dari berbagai bidang, organisasi penerbit dan percetakan,
perpustakaan-perpustakaan dan pemerintah Amerika sendiri. Proyek ini cukup
berhasil dan menjadi dasar penelitian perpustakaan digital di dunia.
2. Perkembangan Perpustakaan Digital
Salah satu strategi untuk pengembangan perpustakaan adalah melalui
pengembangkan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT base), hal ini sesuai dengan
perkembangan dunia perpustakaan bahwa perkembangan mutakhir di bidang
perpustakaan adalah perpustakaan digital. Wahono (2006) berpendapat bahwa
perkembangan dunia perpustakaan dimulai dari perpustakaan tradisional yang
hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian perpustakaan
semi modern yang menggunakan katalog. Perkembangan mutakhir adalah perpustakaan
digital yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena
berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet).
Konsep dan ide perpustakaan digital pun dari tahun ke tahun mulai
mengalami perkembangan seiring dengan beragamnya kebutuhan akan informasi oleh
masyarakat. Berbagai macam aplikasi perpustakaan digital yang telah ada dan
dikembangkan secara terus menerus, guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
terutama para pengguna perpustakaan. Konsep dan ide tersebut berkaitan dengan
berbagai faktor, seperti faktor layanan publik yang menjadi prioritas utama dan
program unggulan pemerintah di bidang perpustakaan. Berikut aplikasi-alplikasi perpustakaan
digital di lihat dari sudut perkembangannya:
a. Greenstone Digital Library (GSDL)
Salah satu aplikasi dari perpustakaan digital adalah Greenstone Digital
Library (GSDL). “Greenstone is a suite of
software for building and distributing digital library collections. It provides
a new way of organizing information and publishing it on the Internet or on
CD-ROM. Greenstone is produced by the New Zealand Digital Library Project at
the University of Waikato, and developed and distributed in cooperation with
UNESCO and the Human Info NGO. It is open-source, multilingual software, issued
under the terms of the GNU General Public License. Read the Greenstone Factsheet
for more information”. (http://www.greenstone.org/).
GSDL tersebut merupakan perangkat lunak yang bersifat “open-source” dan bertujuan untuk membangun, merawat dan
mendistribusikan koleksi perpustakaan secara digital baik secara on-line maupun
off-line (Tafqihan, 2010:105). Pengembangan GSDL ini melalui Proyek
Pengembangan Perpustakaan Perpustakaan Digital New Zealand (New Zealad
Digital Library Project) di bawah koordinasi Ian H. Witten dari
University of Walikoto New Zealand pada
tahun 2004, atas kerja sama dan dukungan dari UNESCO, serta The Human Info NGO,
Belgia. Software ini terus diupayakan
penyempurnaannya dan penyebarannya ke seluruh dunia secara gratis.
Pengoperasian sistem GSDL ini bisa dilakukanpada Sistem Operasi Linux dan
Windows dengan source code-nya berupa Perl (Linux), VCC++ dan Perl (Windows),
serta Java. Karena sifatnya yang open source inilah, maka sofware ini dapat
dimodifikasi untuk kembangkan lebih lanjut. Tahun 2007 muncul versi untuk
Windows dan versi untuk Linux. Besar byte Greenstone DLS Windows versi 3.02
kurang lebih 32 MB. Program ini dapat diinstal dan dijalankan pada komputer
sistem standalone, sistem jaringan intranet atau internet. Greenstone sangat
mudah diinstal, dijalankan dan tampilannya dapat diubah sesuai kebutuhan dengan
menggunakan teks HTML dan Javascript.
b. Ganesha Digital Library (GDL)
Perpustakaan digital juga merambah
ke indonesia, dimana pada awal itu yang menerapkan konsep dan ide perpustakaan
digital tersebut antara lain seperti beberapa perpustakaan perguruan tinggi.
Walaupun masih merupakan hal yang relatif baru, lembaga-lembaga akademik
terutama perguruan tinggi merespon lebih cepat mengenai ide dan konsep
perpustakaan digital. Dengan tuntutan akan kebutuhan informasi oleh civitas
akademika terutama para mahasiswa akhirnya diwujudkanlah proses digitalisasi
tersebut yang kemudian melahirkan suatu konsep dan ide perpustakaan digital
tersebut. Banyak beberapa perpustakaan perguruan tinggi sekitar tahun 90-an
yang telah membuat perpustakaan digital, antara lain seperti ITB, ITS. Pada
saat itu perpustakaan ITB menggunakan aplikasi yang bernama Genesha Digital Library (GDL).
Ganesha Digital Library (GDL), sama seperti Greenstone yang merupakan
perangkat lunak yang ditunjukkan untuk pengelolaan perpustakaan digital.
Tafqihan (2010:109) mengemukakan bahwa project GDL merupakan upaya sukarela
yang dikembangkan oleh tim Knowledge
Management Reseach Group (KMRG) Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan
tujuan untuk memanfaatkan modal intelektual (intelectual capital) dari civitas
akademika ITB yang meliputi artikel, jurnal, tugas akhir, thesis, disertasi,
hasil penelitian, expertise directory
dan lain-lain.
Awal munculnya GDL ini sekitar tahun
1998, akan tetapi hanya dioperasikan sebatas lingkungan ITB yang dimana
sebagian besar koleksinya terdiri atas laporan penelitian, skripsi, tesis,
disertasi, proceeding dan grey literature. Project dari GDL tersebut awalnya
adalah bertujuan untuk mengelola (knowledge
management) dan saling berbagi ilmu pengetahuan (knowledge sharing), agar ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh
civitas ITB seperti mahasiswa, dosen, peneliti, dan staff lainnya dapat dapat
dimiliki kembali oleh ITB serta agar dapat dimanfaatkan secara lebih luas.
Akhirnya terdapat solusi yaitu dengan mengumpulkan, mengorganisasikan,
menyimpan secara elektronik dan menyebarkannya ke lingkungan yang membutuhkan.
Sekitar tahun 2000 akhirnya muncul
GDL untuk versi umum, dimana dimulai dari GDL versi 3. GDL versi 3 tersebut
dapat menampung ilmu pengetahuan dalam format apapun. Berbagai macam jenis file
yang dapat ditampun oleh GDL versi 3 tersebut antara lain, teks, suara, gambar,
peta, maupun video. Tafqihan (2010, 1090) mengemukakan format file yang
ditampilkan pada GDL ini berupa metadata yang merupakan informasi data ilmu
pengetahuan yang berasal dari konversi dari media cetak dan analog ke dalam
file gambar berupa file JPG dan GIF, dan untuk multimedia berupa file MP3, Real
Media, AVI dan ASF.
Baru-baru ini terdapat GDL versi 4.2
yang merupakan pengembangan dari GDL versi 3. Beberapa perguruan tinggi telah
menerapkan GDL versi 4.2 ini salah satunya adalah Perpustakaan Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM), dimana pada perpustakaan tersebut GDL ini memang
khusus dibuat untuk mengupload file-file digital. Pengguna dapat mendownload file dengan format teks, baik itu
untuk dibaca di komputer ataupun dicetak di kertas. Selain itu pengguna juga
dapat belajar misalkan bahasa asing, mendengarkan pidato, ceramah dan lain
sebagainya dengan mendengarkan multimedia suara yang pernah diadakan
sebelumnya. Serta video-video dapat juga dilihat dari komputer yang telah
terhubung ke GDL bagian multimedia video.
c. Senayan Library Information Management System (SLIMS)
Perkembangan-perkembangan
perpustakaan digital tentunya juga semakin berkembang dari tahun ke tahun dari
yang dulunya aplikasi yang hanya dapat untuk mengelola file digital namun kini
aplikasi-aplikasi untuk automasi perpustakaanpun juga dapat mengelola file
digital salah satunya seperti Senayan Library
Information Management System (SLIMS). SLIMS merupakan suatu Open Source Software (OSS) berbasis web
untuk memenuhi kebutuhan automasi perpustakaan (library automation) skala kecil hingga skala besar dalam (Manual
Senayan Library Information Management
System). Keunggulan SENAYAN lainnya adalah multi-platform, yang artinya bisa
berjalan secara native hampir di semua Sistem Operasi yang bisa menjalankan bahasa pemro- graman PHP dan RDBMS MySQL. SENAYAN
sendiri dikembangkan di atas platform GNU/Lin- ux dan berjalan dengan baik di atas platform lainnya
seperti Unix *BSD dan Windows. Banyak
perpustakaan-perpustakaan yang menerapkan aplikasi ini baik itu perpustakaan
perguruan tinggi, umum, sekolah maupun perpustakaan khusus.
Berikut
merupakan perkembanagn dari SLIMS sendiri dari tahun-ketahun:
13 Maret 2008 Portable Senayan 3.0 (based on senayan3 stable1)
21 Maret 2008 Portable Senayan 3.1 (based on senayan3 stable2)
24 Maret 2008 Portable Senayan 3.2 (based on senayan3 stable3)
1 Juni 2008 Portable Senayan 3.3 (based on senayan3 stable4)
18 Agustus 2008 Portable Senayan 3.4 (based on senayan3 stable5)
21 September 2008 Portable Senayan 3.5 (based on senayan3 stable6)
13 Januari 2009 Portable Senayan 3.6 (based on senayan3 stable7)
14 Maret 2009 Portable
Senayan 3.7 (based on senayan3 stable8)
7 April 2009 Portable
Senayan 3.8 (based on senayan3 stable9)
22 Juli 2009 Portable
Senayan 3.9 (based on senayan3 stable10-Patch1)
17 Oktober 2009 Portable
Senayan 3.10 (based on senayan3 stable11)
24 November 2009 Portable
Senayan 3.11 (based on senayan3 stable12)
24 Maret 2010 Portable
Senayan 3.12 (based on senayan3 stable13-patch2)
24 Maret 2010 Portable
Senayan 3.13 (based on senayan3 stable14/Seulanga)
2011 – sekarang Senayan3-Stable15/Matoa
2012 Meranti
2013 Cendana
Perkembangan perpustakaan digital pun terutama dalam hal sistem aplikasi
yang digunakan sebenarnya masih banyak lagi dan bahkan dari tahun ketahun akan
terus mengalami perkembangan seiring perkebangan teknologi dan informasi yang
semakin berkembang. Perpustakaan digital yang di lihat dari sudut pandang
perkembangan aplikasi mempunyai tingkatan yang lebih cepat berkembang daripada
perkembangan sumber daya manusia. Perkembangan sistem aplikasi yang mengikuti
sumber daya manusia terjadi di negara-negara maju namun di Indonesia yang
terjadi adalah sistem yang diikuti oleh sumber daya manusia. Hasil dari
tersebut maka sumber daya manusia harus selalu update terhadap sistem baru
mengenai perpustakaan digital.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, M. Solikhin & Subhan, Ahmad. 2012. Isu-isu Pengembangan Perpustakaan Digital di Indonesia. Jurnal FKP2T, 4(1):
57-67.
Darmono. 2007. Perpustakaan
Sekolah : Pendekatan Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo.
Hamim, M. 2012. Migrasi
Data Base dari CDS/ISIS ke SLIMS. Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan,
4(1): 73-93.
Lasa, HS. 2005. Manajemen
Perpustakaan. Yogyakarta: Gramedia.
Rodhin, Roni. 2012. Internet Dalam Konteks Perpustakaan. Jurnal Kajian Informasi dan
Perpustakaan, 4(1): 1-19.
Sri Restanti, Anisa. 2012. Solusi dan Strategi Perpustakaan Menghadapi Para Digital Native.
Jurnal FKP2T, 4(1): 52-56.
Subrata, Gatot. 2009. Perpustakaan Digital. Artikel Pustakawan Universitas Negeri Malang.
Tafqihan, Zuhdy. 2010. Membandingkan Greenstone Digital Library (GSDL) dan Ganesha Digital Library
(GDL). Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, 2(1): 105-114.
Wicaksono, Hendro. 2012. Manual Senayan Library Information Management System.
Internet:
http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Perpustakaan%20Digital.pdf
di akses tanggal 01 Oktober 2013, pukul 19.45.
http://eprints.rclis.org/10449/1/Perpustakaan_digital.pdf
di akses tanggal 01 Oktober 2013, pukul
20.15.
http://www.pnri.go.id/iFileDownload.aspx?ID=Attachment%5CMajalahOnline%5CUmmi_Rodliyah_Perpust_Digital.pdf di akses tanggal 01 Oktober 2013, pukul
20.37.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27642/Komalasari,%20rita_MEMBANGUN%20PERPUSTAKAAN%20DIGITAL.pdf di akses tanggal 01 Oktober 2013, pukul
21.00.
http://misra.blog.ugm.ac.id/files/2009/06/kompetensi-pustakawan-di-era-perpustakaan-digital1.pdf di akses tanggal 01 Oktober 2013, pukul
21.15.
http://www.ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2006/09/romi-otomasiperpustakaan-15september2006.pdf di akses tanggal 01 Oktober 2013, pukul
21.45.
http://www.fppti-jatim.or.id/public/images/stories/uwm1012/wiratna.pdf di akses tanggal 01 Oktober
2013, pukul 22.30.
http://www.fppti-jatim.or.id/public/images/stories/uwm1012/imas.pdf di akses tanggal 01 Oktober 2013, pukul
22.45.
Di tulis dan Di susun Oleh:
Hendrik P 071311623003
Ach. Nizam Rifqi 071311623009
Verry Mardiyanto 071311623012
ILMU INFORMASI
DAN PERPUSTAKAAN
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013