Implementasi Sistem Pengindeksan
di Indonesian Football
Stadium
(Stadion Sepak Bola di Indonesia)
A. Latar
Belakang
Sepak bola merupakan oleh raga yang sangat familiar
bagi masyarakat umum. Berbagai golongan sangat menggemari olah raga tersebut,
mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Hal tersebut
dapat terlihat ketika ada pertandingan-pertandingan sepak bola, mereka sangat
antusias untuk melihat baik itu secara langsung maupun melalui televisi. Harga
tiket masuk pun tak jadi masalah, walaupun terkadang sangat mahal seperti
ketika laga-laga big match
yang penting
mereka dapat melihat pertandingan tersebut secara langsung.
Indonesia merupakan salah
satu negara dengan mayoritas penduduknya menyukai sepak bola, antusiasme
terhadap sepak bola pun sangat tinggi terlihat disetiap laga baik laga TIMNAS
maupun klub-klub tribun-tribun di setadion selalu dipenuhi oleh ratusan bahkan
ribuan supporter. Mereka beramai-ramai untuk menyaksikan klub kesayangan mereka
berlaga. Rasa fanatic yang cukup besar terhadap klub kesayangannya membuat
mereka tak peduli seberapa jauh dan seberapa mahal harga yang harus dibayarkan
untuk menyaksikan klubnya berlaga, dan tak jarang para calo-calopun
memanfaatkan keadaan tersebut untuk meraih keuntungan yang besar.
Rasa
cinta dan fanatik terhadap klub tersebut tumbuh dan berkembang didalam jiwa
para suporter tersebut. Mereka yang memiliki satu faham dan satu pandangan
membuat suatu kelompok-kelompok (komunitas) untuk mendukung klub kesayangannya.
Mereka datang untuk menonton bolapun datang dengan bergerombol dengan memakai
jersey yang relatif mencerminkan kominitasnya maupun klub kesayangannya. Mereka menamai kelompok/komunitasnya dengan
istilah hooligan.
Apa itu hooligan? dalam buku The Oxford English Dictionary
dijelaskan, kata hooligan berasal dari nama keluarga fiksi Irlandia yang kerap
membuat kebisingan di sebuah gedung konser pada era
1890-an. Kata hooligan lalu kerap digunakan sejak pertengahan dasawarsa tahun
1890. Istilah tersebut digunakan untuk menyebut geng jalanan di
London, Inggris. Masa itu hampir bersamaan dengan mulai dikenalnya Scuttlers,
geng yang kerap membuat onar di kota Manchester, Inggris. Karena asal-usulnya
itu, tak heran jika Inggris sangat kental dengan hooligan. Istilah hooligan tersebutpun merambah
didalam dunia sepak bola khususnya di inggris. Banyak lahir
dan tumbuh komunitas hooligan yang namanya sudah terkenal dan besar di inggris
seperti Millwall Bushwackers (julukan suporter fanatik klub Millwal),
Aston Villa Hardcore (julukan suporter fanatik klub Aston Villa), Inter City Firm
(julukan supporter fanatik klub West Ham United), The Red Army
(julukan supporter fanatik klun Mancahster United), Chelsea Headhunters
(julukan supporter fanatik klub Chelsea) dan lain sebagainya.
Hooligan
tersebut sangat fanatik terhadap klub kesayangannya, walaupun terkadang rasa
fanatik tersebut boleh kita katakan bagus karena hal tersebut perlu untuk
member spirit terhadap klub kita yang sedang berlaga. Namun terkadang juga
sangat disayangkan rasa fanatic tersebut sering berujung pada rasisme dan
perilaku-perilaku anarkis. Hal tersebut sering terlihat ketika klub-klub
tersebut sedang berlaga apa lagi mereka merupakan rival, maka tak jarang
terjadi kerusuhan terutama di stadion ketika pertandingan sedang
berlaga. Banyak klub-klub yang memiliki rivalitas contohnya di inggris Inggris Primer League seperti klub
Manchaster United dan Liverpol, di spanyol dua klub besar dan boleh bahwa
dikatakan dua klub tersebut yang merajai LALIGA
yaitu Barcelona dan Real Madrid, di mana disetiap laga mereka sangat panas
dengan jumlah penonton yang sangat banyak sehingga rawan terjadi aksi
kerusuhan.
Ideologi baratpun khususnya
pada negara-negara eropa mengenai kefanatikan terhadap suatu klub kesayangan
pun pada masa kini telah merambah kepada masyarakat Indonesia salah satunya
yaitu faham hooligan sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas tadi.
Laga-laga panas dengan rivalitas baik klub maupun suporterpun juga sering
mewarnai cerita sepak bola indonesia. Ajang yang dulunya hanya sebuah kompetisi
pun kini terkadang berubah menjadi ajang gengsi dan politik mewarnai kancah
sepak bola. Seperti yang kita tahu akhir-akhir ini rivalitas baik klub maupun
suporter yang sedang hangat dibicarakan baru-baru ini, dimana disetiap laga
mereka rawan keamanan dan sering terhadi kerusuhan. Hal tersebut dapat terjadi
karena kurang siapnya pihak PANPEL (Panitia Pelaksana) pertandingan, terutama
dari segi keamanan. Faktor jumlah penonton yang melebihi kapasitaslah yang
sering menjadi faktor terjadinya kerusuhan. Apalagi jika terdapat laga dengan
rivalitas klub maupun suporter yang panas, dengan basis supoter yang fanatik dan
besar jumlahnya maka pihak PANPEL pun harus lebih ekstra mempersiapkan dengan
sebaik mungkin.
Pihak
PANPEL harus memperhatikan hal-hal yang sangat penting salah satunya faktor
kapasitas penonton. Dengan adanya laga bigmatch
para suporter fanatikpin secara otomatis akan rela datang dan hadir untuk
melihat klub kesayangannya berlaga secara langsung walaupun jauh dan dengan
biaya yang tidak sedikit. Sering karena tidak kebagian tiketpun meka nekat
untuk masuk secara paksa, serta jumlah penontonpun melebihi kapasitas tribun.
Hal tersebutlah yang menyebabkan rawan terjadi kerusuhan dan tidak sering jatuh
korban jiwa, belum lagi karena adanya opnum-opnum yang tidak bertanggung jawab.
Gambar Kerusuhan Sepak Bola
Kerusuhan
pada sepakbola tersebut jika dibiarkan maka image
akan sepak bolapun akan negatif, dan bukan malah semakin maju sepak bola
kita namun akan semakin hancur dan terpuruk. Dengan adanya sistem pengindeksan
pada Stadion khususya di Indonesia ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya
kerusuhan dan jatuhnya korban jiwa. Pengindeksan tersebut akan dilakukan pada
tribun-tribun dan tiket masuk stadion. Tribun dan tiket yang sudah terindeks
nantinya akan memudahkan pihak keamanan untuk mengawasi penonton, sehingga laga
dapat berjalan dengan baik.
B. Sistem Pengindeksan di Stadion
dengan menggunakan Diagram
Lancaster
Pengindeksan merupakan suatu
pengelompokkan informasi dengan memberikan kode maupun simbol-simbol untuk
dapat ditemukan kembali dengan mudah. Sistem pengindeksan merupakan sistem yang
mengatur urutan unit–unit atau bagian–bagian dari kata–kata kunci yang akan
disusun, sebagai tanda pengenal untuk memudahkan penentuan tempat penyimpanan
dan penemuan kembali suatu informasi (Information
Retrieval).
Diagram lancaster merupakan suatu diagram yang menunjukkan bagaimana cara mengelola
sebuah informasi yang dilakukan oleh penyedia informasi kepada pengguna
informasi, informasi tersebut dikumpulkan dan dikelola hingga informasi
tersebut siap disajikan dan digunakan oleh para pengguna informasi.
Pengindeksan termasuk didalam salah satu proses dari diagram lancaster ini
yaitu tepatnya pada proses description dimana
pada proses tersebut terdiri dari 2 kegiatan yaitu abstracting dan indexcing.
Sistem pengindeksan ini akan diterapkan pada stadion dengan melalui proses
siklus pengelolaan sebuah informasi yang terdapat pada diagram lancaster.
Proses pengelolaan pada diagram lancaster tersebut meliputi population of document, selection and acquisition, conceptual analysis, description (abstracting and indexing), translation,
document store/ data base of document, index of repretentation, population of
user dan request.
C. Implementasi Sistem Pengindeksan
Pada Stadion
1.
Population
of Document
Population of
Document menjelaskan mengenai pengumpulan informasi yang ada di masyarakat oleh
pengelola. Informasi ini masih berupa acak dan belum dilakukan proses seleksi.
Survei dilakukan oleh pengelola dimaksud agar informasi yang diterima sesuai
dengan tahap proses yang tepat dalam penjualan yang nantinya akan digunakan
dalam tahapan berikutnya.
Pada studi kasus
stadion ini pada tahap population of
document populasi yang diambil meliputi:
tempat
parkir mobil dan sepeda motor, loket masuk, pintu masuk, pintu keluar, tribun
dalam stadion dan lain sebagainya. Populasi tersebut merupakan bagian-bagian yang terdapat pada
stadion pada umumnya. Mengenai taman, tempat jualan seperti toko-toko itu
merupakan bagian yang biasanya melengkapinya.
Dari beberapa
populasi tadi selanjutnya akan dilakukan sebuah proses sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan pihak pengelola informasi. Informasi yang dipilih tentunya hasus
sesuai dan tentunya harus berorientas kepada pengguna. Hal tersebut dikarenakan
karena tidak lain informasi ini dikelola agar nantinya dapat mempermudah
didalam penemuan kembali (information
retrieval).
2.
Selection
and Aquistion
Proses selection
and aquistion ini merupakan tahap menyeleksi suatu informasi dari population of document tadi secara tepat
bagi pihak pengelola informasi agar tepat sasaran bagi pengguna informasi. Pada
proses ini semua
informasi-informasi yang belum terkelola akan diseleksi
maksudya adalah semua dokumen dipisahkan berdasarkan jenis dan kepentingannya
dan jenis kebutuhan yang dibutuhkan oleh user, setelah di seleksi berdasarkan
jenis dan kepentingannya dokumen akan diakuisisi.
Populasi dari stadion sebagaimana yang telah
disebutkan di atas tadi adalah tempat parkir mobil dan sepeda
motor, loket masuk, pintu masuk, pintu keluar, tribun dalam stadion dan lain
sebagainya. Dari populasi
tadi akan dilakukan proses seleksi sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari
pengelola informasi ini. Sesuai dengan tujuannya tadi yaitu akan melakukan
pengindeksan pada tribun stadion maka pada proses seleksi disini akan dipilih
tribun stadion.
Stadion
yang dipilih tadi di lakukan akuisisi kemu, dan nantinya akan diproses menuju
ke tahap selanjutnya pada pengelolaan diagram Lancaster yaitu pada proses conceptual analysis.
3.
Conceptual
Analysis
Merupakan pengaturan informasi
sesuai dengan subyek yang sama dengan sistem penggolongan di bidangnya,
di dalam proses
conceptual analysis stadion tadi akan melalui tahapan
sebagaimana yang disebut dengan description. Description ini
merupakan suatu proses penggambaran agar suatu informasi mengenai tribun
stadion tadi dapat teruraikan dengan jelas. Didalam proses description informasi yaitu mengenai tribun stadion tadi akan
mengalami dua proses lagi yakni:
a.
Absracting
Proses abstracing merupakan
tahapan dimana sumber informasi setelah diolah pada
tahap sebelumnya akan mengalami proses peringkasan dan diambil kerangka
karangnnya pada tahap abstracing ini, maksud dari peringkasan adalah bahan sumber informasi dijelaskan
karakteristiknya namun secara ringkas.
Tribun stadion tadi selanjutnya dilakukan proses abstracting yaitu disini tribun stadion
tersebut akan lebih dispesifikkan. Proses tersebut nantinya akan memudahkan
pengelola untuk melakukan tahap indexing,
karena setelah melakukan proses abstracting
ini akan ditemukan kata kuncinya. Dari kata kunci tersebut nantinya akan
dilakukan proses indexing. Berikut
adalah proses abstracting pada tribun
stadion tadi:
1)
Jenis
tribun à
a.
VVIP
b.
VIP
c.
Ekonomi
d.
Urutan
tribun :
VVIP VIPà VIP Barat VIP
Timur
Ekonomi 1 Ekonomi
5 Ekonomi 9
Ekonomi 2 Ekonomi
6 Ekonomi 10
Ekonomi 3 Ekonomi
7 Ekonomi 11
Ekonomi 4 Ekonomi
8 Ekonomi 12
Gambar
Rangka Bangunan Stadion
e.
Nomor
Bangku
Untuk penomoran pada bangku pertribun nantinya di
urutkan mulai dari nomor yang terkecil, dengan pola dari atas ke bawah. Sistem
ini dapat digambarkan mirip dengan penomoran bangku pada bioskop-bioskop. Para
penonton nantinya akan langsung mendapat nomor bangku sesuai dengan yang
tertera pada tiket masuknya.
b.
Indexing
Setelah melalui proses abstracing
sumber informasi akan mengalami proses yang disebut dengan proses indexing yaitu
dimana setiap sumber
informasi tadi
akan mendapatkan pengkodean/kode/call number yang akan sangat memudahkan para
pengguna dalam hal temu kembali informasi nanti. Dalam hal ini berarti nantinya para penonton dapat
termudahkan didalam penemuan kembali tempat duduk mereka. Berikut merupakan
system pengindeksan pada stadion :
Jenis tribun :
VVIPà Class 1 dengan kode VV
VIPà Class 2 dengan kode VI
Ekonomi à Class 3
Kode tambahan untuk kelas ekonomi:
Ekonomi 1 : A Ekonomi
5 : E Ekonomi 9 : I
Ekonomi 2 : B Ekonomi
6 : F Ekonomi
10 : J
Ekonomi 3 : C Ekonomi
7 :G Ekonomi
11 : K
Ekonomi 4 : D Ekonomi
8 : H Ekonomi 12 : L
Nomor Bangku:
Untuk
nomor bangku akan diurutkan mulai dari nomor kecil hingga nomor besar. Dengan
ketentuan dimulai dari tempat duduk paling atas sampai menuju kearah bawah. B
Gambar
Penomoran Bangku Tribun Stadion
4.
Translation
Translation merupakan tahapan mengenai bagaimana penerjemahkan konsep
yang telah di buat oleh pengelola ke document
store atau database of document
dan berhubungan juga ke document of
representation dan pengelola. Translation
ini menjabarkan bahwa analisis konsep sudah sesuai dengan pendeskripsian dan
siap untuk dipublikasikan di bagian database
of document atau document store.
Dalam proses conceptual analisys pada proses pengindeksan kita membutuhkan translation
sebagai alat bantu, Selanjutnya melalui translation
informasi-informasi tersebut akan diterjemahkan kedalam bahasa yang mudah
dimengerti oleh para pengguna/user yang nantinya akan di gunakan sebagai akses
yang bisa berupa subyek, subyek tersebut bisa berupa Vocabulary yaitu kumpulan kosa kata yang akan memudahkan pengguna/user, vocabulary ini bisa berupa search
list, daftar tajuk subjek, theasaurus,
dan kamus. Hasil penerjemahan informasi oleh vocabulary adalah Index of
document representation
biasanya berupa data base atau sejenis sebuah katalog.
Pada studi kasus mengenai stadion ini seperti yang
telah kita ketahui bersama bahwa setelah dilakukan proses indexing tadi maka diperoleh kode-kode dari deskripsi mengenai
stadion tersebut. Nah, dari deskripsi yang telah terkode tersebut akan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan pengguna didalam menemukan kembali nomor
bangkunya.
Berikut merupakan hasi dari pengkodeaan pada
deskripsi-deskripsi yang telah di indeks tadi dan kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa yang telah dimengerti oleh pengguna:
Langkah di dalam penerjemahanà Jenis tribun/Kode Tribun/No. Bangku/Nomor Tiket/Tahun
Class3/C/35/00387/2013
5.
Dicument
Store/ Data Base of Document
Document store/ data base of document
disini yaitu
informasi yang telah diterjemahkan tadi dapat dimasukkan delam data base. Hal
tersebut dapat berguna sebagai pengecekan yang dilakukan oleh pihak pengelola.
Dengan termudahkannya didalam pengecekan nantinya tingkat keamananpun akan
lebih baik serta pertandinganpun dapat berjalan dengan lancar.
6.
Index
of Repretentation
Hasil
penerjemahan informasi tidak hanya berupa data base tapi juga non data base
seperti paper, hasil non data base ini akan disimpan pada document store/
data base of document.
dan pada proses translation terkadang
kita tidak membutuhkan vocabulary ,
namun
bisa langsung bisa berupa index of
document reperesentation yang bisa juga berupa katalog, dan juga sumber
informasi tadi langsung bisa ditempatkan di document
store/ data base of document.
Berikut
adalah hasil dari deskripsi pengkodean stadion tadi, dimana hasil tercetak
tersebut berupa tiket masuk bagi penonton:
Gambar Contoh Tiket Masuk
Tiket masuk tersebut hendaknya juga berupoa gelang
yang dapat dtaruh pada pergelangan tangan. Hal tersebur dimaksudkan agar
menghindari kehilangan ataupun dicopet dikarenakan sebagaimana yang telah kita
ketahui bersama bahwa saat antri untuk masuk kedalam tribun stadion tersebut
tentunya penonton berdesak-desakan. Pada proses antrian masuk tersebut tentunya
rawan teradinya kecopetan ditengah-tengah kerumunan penonton lain, disini pihak
keamanan harus juga mewajibkan opera penonton yang akan masuk harus memakai
tiket pada pergelangan tangan terlebih dahulu baru kemudian di cek tiket
tersebut.
7.
Population
of user
Population of user disini user terdiri dari beberapa kalangan baik itu
anak-anak, tua, muda, dewasa, dan orang tua. Tentunya disini diperlukan
penanganan yang sebaik mungkin agar mereka dapat terpuaskan dan terlayani
dengan baik. Pada studi kasus ini yang dimaksud dengan pengguna ini berarti
adalah penonton. Penonton tersebut tentunya terdiri dari berbagai kalangan
yang menginginkan mengenai informasi tiket.
8.
Request
Request yakni
penonton yang ingin mencari infomasi tentang tiket sepak bola dengan
meminta bantuan kepada petugas di loket
tiket atau pihak pengelola guna mempermudah mengakses informasi tiket tersebut
lebih mudah, cepat dan tepat. Disini pihak pengelola melakukan proses identifikasi yang
dapat dilakukan pada waktu
proses pemesanan tiket pada loket. Penonton yang akan memesan tiket terlebih
dahulu harus menunjukkan kartu identitas baik itu SIM, KTP, Kartu Pelajar dan
lain sebagainya kemudian data yang terdapat didalam karti identitas tersebut dientri kedalam data base. Setelah
melakukan proses pengentrian kedalam data base tersebut barulah penonton dapat
memperoleh tiket sesuai dengan yang dipesan. Dengan adanya proses pengentrian
identifikasi tersebut maka akan menghindari terjadinya kecurangan seperti
pemalsuan tiket.,
selain itu apabila ada yang membuat onar maka akan mudah untuk dilacak melalui
data perorangan yang telah di entri tadi yang dicocokkan pada tribun mana dan
nomor bangku mana.
9.
Conceptual
Analysis
Setelah penonton
mendapatkan tiket sepak bola langkah selanjutnya dengan melakukan proses
conceptual analysis, penonton memerlukan suatu translation yakni penerjemahan konsep yang telah dibuat oleh
pengelola subyek yaitu mengenai beberapa kata kunci mengenai informasi terkait.
Dalam hal ini penonton dapat melakukan pencarian langsung ke index document
yang mengarahkan penonton menuju tribun sesuai dengan nomor bangkunya. Misalnya para penonton dapat mencari mana
tempat dia akan menonton pertandingqn tersebut berdasarkan kode yang terdapat
pada tiket tadi seperti àClass3/C/35/00387/2013. Maksud dari kode tersebut yaitu bahwa penonton
tersebut mendapatkan tiket dengan criteria Kelas Ekonomi/Truibun 3/ dengan
nomor urut bangku 387/Tahun tiket 2013. Penonton dapat melakukan pencarian
dengan mudah melalui kode-kode tersebut.
Tujuan
dari pembuatan organisasi informasi tiket sepak bola yaitu:
1. Memudahkan
pihak keamanan untuk mengawasi penonton, sehingga laga dapat berjalan dengan
baik.
2. Memberikan
kenyaman menonton pertandingan sepak bola dengan tujuan meningkatkan kepuasan
penonton.
3. Meminimalisir
terjadinya kerusuhan dan jatuhnya korban jiwa.
4. Mempermudah
proses temu kembali.
5. Mempermudah
calon penonton membeli tiket.
6. Mempermudah
penonton dalam mencari bangku.
Di tulis Oleh:
KELOMPOK
Hendrik P 071311623003
Marchita C. A. 071311623004
Ach. Nizam Rifqi 071311623009
Verry Mardiyanto 071311623012
Siti Kurniasih 071311623013
Fidyanita D. L. 071311623014