Keberadaan
informasi di era dunia kekinian ini sudah tidak dapat terbendung lagi.
Informasi yang diterima atau dibuat oleh seseorang atau lembaga membuat keberadaan
informasi semakin menunjukkan ciri khas dari informasi. Kemudahan berinteraksi
antara sesama manusia menjadikan informasi sebagai pengetahuan yang wajib
dimiliki oleh setiap individu. Informasi saat ini dapat dibedakan menjadi informasi
lisan dan informasi tulisan. Informasi lisan menjelaskan mengenai informasi
yang didapatkan dalam komunikasi langsung secara lisan antara sesama individu,
sedangkan informasi tulisan menjelaskan mengenai informasi yang berada pada
media tulisan seperti, buku, arsip, daun lontar, dan media lain yang memuat
sebuah tulisan. Informasi yang berhubungan erat dengan individu menumbuhkan
sikap atau perilaku yang berhubungan dengan informasi. Perilaku informasi dalam
dunia kekinian membuat hubungan-hubungan yang ada di masyarakat terdapat
kesenjangan. Kesenjangan ini bisa di lihat dalam dunia era teknologi kini.
Perbedaan perilaku masyarakat desa dengan masyarakat kota berbeda jauh. Dari perbedaan
tersebut mengakibatkan alur informasi di antara kedua masyarakat tersebut
menjadi berbeda. Dalam perbedaan tersebut menghasilkan beberapa alternatif yang
dapat dijadikan sumber untuk mensiasati informasi agar tepat sasaran kepada
pengguna. Informasi ini juga berguna untuk memudahkan dalam menjalankan suatu
proses tujuan dari organisasi/komunitas, misalkan di masyarakat desa untuk
mencapai desa yang makmur dalam swasembada pangan maka informasi berkaitan
dengan teknologi pertanian harus diterapkan pada pertanian unggul yang
menjadikan ciri khas di desa tersebut. Untuk bidang pekerjaan yang mendukung
dalam masyarakat desa sebagai pengembangan desa adalah pekerjaan guide/pemimpin
perjalanan wisata jika desa itu adalah desa wisata. Namun dalam masa sekarang, komunitas
guide yang telah menjamur di desa wisata tidak hanya berasal dari dalam
masyarakat desa itu sendiri melainkan juga berasal dari luar masyarakat desa
yang mampu melihat peluang yang ada. Salah satu komunitas itu adalah mahasiswa
yang berkegiatan di desa wisata.
Model
perilaku penemuan informasi oleh T.D Wilson di mulai dari individu yang
membutuhkan informasi di mana wilson menjelaskan mengenai pengalaman yang
subyektif terjadi hanya dalam pikiran orang yang membutuhkan dan akibatnya
tidak secara langsung dapat diakses oleh pengguna, artinya pengguna tidak dapat
mengakses informasi karena hanya terdapat dalam pikiran orang, sehingga perlu
dijabarkan dalam sebuah laporan yang mengedukasi seorang pengguna agar bisa
melakukan sebuah penemuan informasi yang dibutuhkan.[1] Berikut
penjelasan model tersebut dengan contoh komunitas mahasiswa sebagai pemandu wisata
minat khusus (sandboarding) sebagai pelaku penemuan informasi. Komunitas ini
memberikan gambaran bagaimana perilaku penemuan informasi dilakukan dan
dimanfaatkan sebaik mungkin dalam menjaring konsumen/pelanggan yang ingin
berwisata sandboarding. Sandboarding adalah wisata minat khusus yang
menggunakan pasir halus sebagai media kegiatannya. Tempat kegiatan ini di gumuk
pasir daerah parangtritis dan gumuk pasir gunung bromo.
Gambar
1. Model Wilson, Perilaku Penemuan Informasi.[2]
Model
Wilson penemuan informasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
§ Context of Information Need
dalam model ini menjabarkan lingkungan sebagai model terluar. Dalam komunitas
ini, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan para penggiat sandboarding.
Penggiat sandboarding ini bisa berasal dari seluruh kalangan masyarakat,
mahasiswa, anak-anak, orang tua, wartawan dan masyarakat umum, namun mempunyai
kriteria tertentu seperti kuat dan tahan debu dan pasir. Pemetaan lingkungan
ini perlu guna untuk analisis model di dalam bahasan ini.
o
Social
Role
atau peran sosial. Komunitas ini memberikan peran sosial kepada masyarakat
sekitar agar dapat meningkatkan pendapatan dengan berjualan makanan dan minuman
di sekitar area wisata. Peran berikutnya adalah memperkenalkan dan
mengembangkan desa wisata agar terkenal kepada dunia luas lewat informasi.
Penemuan-penemuan ini membuat aktifitas komunitas ini semakin sering diliput
oleh stasiun televisi dari luar atau dalam negeri sehingga peran sosial dapat
lebih bermakna.
· Person/individu
ini adalah orang yang melakukan aktifitas kegiatan sandboarding. Orang yang
dimaksud adalah aktifis dalam melakukan kegiatan sandboarding, bisa mahasiswa
atau masyarakat umum. Dalam diagram Wilson, individu mempunyai aspek-aspek yang
harus dimiliki agar dalam penemuan informasi dapat dengan mudah dilakukan. Aspek
afektif berupa emosi, perasaan terhadap objek sikap, sedangkan komponen
koginitif berisikan ide, pengetahuan, keyakinan, anggapan mengenai objek sikap
dan komponen perilaku adalah komponen untuk bertingkah laku tertentu terhadap
objek sikap.[3]
Wilson dalam modelnya menjabarkan seperti berikut dengan kaitan komunitas ini
Ø Physiological
yang berarti psikologi/kejiwaan individu dalam melakukan kegiatan ini. Sikologi
ini berhubungan dengan mental dan fisik mahasiswa. Artinya mahasiswa ini harus
mempunyai sikap dalam menyeimbangkan perkuliahan, keluarga dan aktifitas dalam
komunitas ini. Kesehatan fisik juga harus disiapkan, karena dapat menunjang
kegiatan ini. Mental dan kesiapan fisik juga memberikan kemudahan dalam
penemuan informasi dikemudian hari.
Ø Affective ini
memperjelas individu dalam sikap bertemu dengan pelanggan dan masyarakat
sekitar serta antara teman dalam satu komunitas. Keseriusan dalam berkegiatan
menghasilkan teknik-teknik bermain sandboarding yang bagus, akhirnya perilaku
ini menghasilkan keindahan dalam diliput oleh wartawan.
Ø Cognitive States
digunakan untuk ide-ide terbaru dalam melakukan teknik sandboarding.
Pengetahuan dalam menjaring pelanggan. Ide-ide dalam membuat papan sanboarding
dan ide-ide dalam meningkatkan penghasilan individu dan komunitas serta
masyarakat di sekitar area wisata.
§ Barriers/hambatan
ini adalah faktor-faktor penghambat dalam melakukan penemuan informasi, berasal
dari individu itu sendiri, hubungan peran dan lingkungan sekitar. Faktor ini
menjelaskan bagaimana informasi tidak masuk langsung ke komunitas, yang
diakibatkan oleh individu yang susah dalam berkegiatan, peran sosial yang
kurang menguntungkan banyak pihak dan lingkungan masyarakat yang kurang
mendukung. Oleh karena itu hambatan ini harus segera di atasi untuk kemudahan
dalam melakukan penemuan informasi selanjutnya.
Perilaku
penemuan informasi dalam komunitas mahasiswa yang menjalankan pemandu wisata
minat khusus harus disinergikan dengan perilaku individu dan perilaku
masyarakat di lingkungan sekitar. Akhir tujuan dari pemandu wisata ini dapat tercapai
serta dapat memaksimalkan pengembangan desa wisata yang dapat meningkatkan
peran sosial di masyarakat.
Daftar Pustaka
Martini, Nina Aryani dan Ida Farida.
2010. Materi Pokok Psikologi Perpustakaan.
Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Wilson, T.D. 1997. Information Behavior: An Interdisciplinary Perspective, Journal
Information Processing & Management. 33(4): 551-572.
Wilson, T.D. 1999. Models in Information Behavior Research, Journal of Documentation.
55(3): 249-270.
[1] T.D. Wilson,
“Information Behaviour: An Interdisciplinary Perspective”, dalam Journal Information Processing &
Management, vol. 33 (4) (London:
Elsevier Science, 1997), hlm. 552.
[2] T.D. Wilson, “Models
in Information Behaviour Research”, dalam Journal
of Documentation, vol. 55 (3)
(London: Aslib, 1999), hlm. 252.
[3] Nina Aryani
Martini dan Ida Farida, Materi Pokok
Psikologi Perpustakaan (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2010), hlm.
5.12.