Minggu, 27 April 2014

PENJELASAN SINGKAT TENTANG MODEL PERILAKU PENEMUAN INFORMASI WILSON DI KOMUNITAS MAHASISWA SEBAGAI PEMANDU WISATA MINAT KHUSUS



Keberadaan informasi di era dunia kekinian ini sudah tidak dapat terbendung lagi. Informasi yang diterima atau dibuat oleh seseorang atau lembaga membuat keberadaan informasi semakin menunjukkan ciri khas dari informasi. Kemudahan berinteraksi antara sesama manusia menjadikan informasi sebagai pengetahuan yang wajib dimiliki oleh setiap individu. Informasi saat ini dapat dibedakan menjadi informasi lisan dan informasi tulisan. Informasi lisan menjelaskan mengenai informasi yang didapatkan dalam komunikasi langsung secara lisan antara sesama individu, sedangkan informasi tulisan menjelaskan mengenai informasi yang berada pada media tulisan seperti, buku, arsip, daun lontar, dan media lain yang memuat sebuah tulisan. Informasi yang berhubungan erat dengan individu menumbuhkan sikap atau perilaku yang berhubungan dengan informasi. Perilaku informasi dalam dunia kekinian membuat hubungan-hubungan yang ada di masyarakat terdapat kesenjangan. Kesenjangan ini bisa di lihat dalam dunia era teknologi kini. Perbedaan perilaku masyarakat desa dengan masyarakat kota berbeda jauh. Dari perbedaan tersebut mengakibatkan alur informasi di antara kedua masyarakat tersebut menjadi berbeda. Dalam perbedaan tersebut menghasilkan beberapa alternatif yang dapat dijadikan sumber untuk mensiasati informasi agar tepat sasaran kepada pengguna. Informasi ini juga berguna untuk memudahkan dalam menjalankan suatu proses tujuan dari organisasi/komunitas, misalkan di masyarakat desa untuk mencapai desa yang makmur dalam swasembada pangan maka informasi berkaitan dengan teknologi pertanian harus diterapkan pada pertanian unggul yang menjadikan ciri khas di desa tersebut. Untuk bidang pekerjaan yang mendukung dalam masyarakat desa sebagai pengembangan desa adalah pekerjaan guide/pemimpin perjalanan wisata jika desa itu adalah desa wisata. Namun dalam masa sekarang, komunitas guide yang telah menjamur di desa wisata tidak hanya berasal dari dalam masyarakat desa itu sendiri melainkan juga berasal dari luar masyarakat desa yang mampu melihat peluang yang ada. Salah satu komunitas itu adalah mahasiswa yang berkegiatan di desa wisata.
Model perilaku penemuan informasi oleh T.D Wilson di mulai dari individu yang membutuhkan informasi di mana wilson menjelaskan mengenai pengalaman yang subyektif terjadi hanya dalam pikiran orang yang membutuhkan dan akibatnya tidak secara langsung dapat diakses oleh pengguna, artinya pengguna tidak dapat mengakses informasi karena hanya terdapat dalam pikiran orang, sehingga perlu dijabarkan dalam sebuah laporan yang mengedukasi seorang pengguna agar bisa melakukan sebuah penemuan informasi yang dibutuhkan.[1] Berikut penjelasan model tersebut dengan contoh komunitas mahasiswa sebagai pemandu wisata minat khusus (sandboarding) sebagai pelaku penemuan informasi. Komunitas ini memberikan gambaran bagaimana perilaku penemuan informasi dilakukan dan dimanfaatkan sebaik mungkin dalam menjaring konsumen/pelanggan yang ingin berwisata sandboarding. Sandboarding adalah wisata minat khusus yang menggunakan pasir halus sebagai media kegiatannya. Tempat kegiatan ini di gumuk pasir daerah parangtritis dan gumuk pasir gunung bromo.

Gambar 1. Model Wilson, Perilaku Penemuan Informasi.[2]
Model Wilson penemuan informasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
§  Context of Information Need dalam model ini menjabarkan lingkungan sebagai model terluar. Dalam komunitas ini, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan para penggiat sandboarding. Penggiat sandboarding ini bisa berasal dari seluruh kalangan masyarakat, mahasiswa, anak-anak, orang tua, wartawan dan masyarakat umum, namun mempunyai kriteria tertentu seperti kuat dan tahan debu dan pasir. Pemetaan lingkungan ini perlu guna untuk analisis model di dalam bahasan ini.
o  Social Role atau peran sosial. Komunitas ini memberikan peran sosial kepada masyarakat sekitar agar dapat meningkatkan pendapatan dengan berjualan makanan dan minuman di sekitar area wisata. Peran berikutnya adalah memperkenalkan dan mengembangkan desa wisata agar terkenal kepada dunia luas lewat informasi. Penemuan-penemuan ini membuat aktifitas komunitas ini semakin sering diliput oleh stasiun televisi dari luar atau dalam negeri sehingga peran sosial dapat lebih bermakna.
·      Person/individu ini adalah orang yang melakukan aktifitas kegiatan sandboarding. Orang yang dimaksud adalah aktifis dalam melakukan kegiatan sandboarding, bisa mahasiswa atau masyarakat umum. Dalam diagram Wilson, individu mempunyai aspek-aspek yang harus dimiliki agar dalam penemuan informasi dapat dengan mudah dilakukan. Aspek afektif berupa emosi, perasaan terhadap objek sikap, sedangkan komponen koginitif berisikan ide, pengetahuan, keyakinan, anggapan mengenai objek sikap dan komponen perilaku adalah komponen untuk bertingkah laku tertentu terhadap objek sikap.[3] Wilson dalam modelnya menjabarkan seperti berikut dengan kaitan komunitas ini
Ø Physiological yang berarti psikologi/kejiwaan individu dalam melakukan kegiatan ini. Sikologi ini berhubungan dengan mental dan fisik mahasiswa. Artinya mahasiswa ini harus mempunyai sikap dalam menyeimbangkan perkuliahan, keluarga dan aktifitas dalam komunitas ini. Kesehatan fisik juga harus disiapkan, karena dapat menunjang kegiatan ini. Mental dan kesiapan fisik juga memberikan kemudahan dalam penemuan informasi dikemudian hari.
Ø Affective ini memperjelas individu dalam sikap bertemu dengan pelanggan dan masyarakat sekitar serta antara teman dalam satu komunitas. Keseriusan dalam berkegiatan menghasilkan teknik-teknik bermain sandboarding yang bagus, akhirnya perilaku ini menghasilkan keindahan dalam diliput oleh wartawan.
Ø Cognitive States digunakan untuk ide-ide terbaru dalam melakukan teknik sandboarding. Pengetahuan dalam menjaring pelanggan. Ide-ide dalam membuat papan sanboarding dan ide-ide dalam meningkatkan penghasilan individu dan komunitas serta masyarakat di sekitar area wisata.
§  Barriers/hambatan ini adalah faktor-faktor penghambat dalam melakukan penemuan informasi, berasal dari individu itu sendiri, hubungan peran dan lingkungan sekitar. Faktor ini menjelaskan bagaimana informasi tidak masuk langsung ke komunitas, yang diakibatkan oleh individu yang susah dalam berkegiatan, peran sosial yang kurang menguntungkan banyak pihak dan lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Oleh karena itu hambatan ini harus segera di atasi untuk kemudahan dalam melakukan penemuan informasi selanjutnya.
Perilaku penemuan informasi dalam komunitas mahasiswa yang menjalankan pemandu wisata minat khusus harus disinergikan dengan perilaku individu dan perilaku masyarakat di lingkungan sekitar. Akhir tujuan dari pemandu wisata ini dapat tercapai serta dapat memaksimalkan pengembangan desa wisata yang dapat meningkatkan peran sosial di masyarakat.


Daftar Pustaka
Martini, Nina Aryani dan Ida Farida. 2010. Materi Pokok Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Wilson, T.D. 1997. Information Behavior: An Interdisciplinary Perspective, Journal Information Processing & Management. 33(4): 551-572.
Wilson, T.D. 1999. Models in Information Behavior Research, Journal of Documentation. 55(3): 249-270.


[1] T.D. Wilson, “Information Behaviour: An Interdisciplinary Perspective”, dalam Journal Information Processing & Management, vol. 33 (4) (London: Elsevier Science, 1997), hlm. 552.

[2] T.D. Wilson, “Models in Information Behaviour Research”, dalam Journal of Documentation, vol. 55 (3) (London: Aslib, 1999), hlm. 252.
[3] Nina Aryani Martini dan Ida Farida, Materi Pokok Psikologi Perpustakaan (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2010), hlm. 5.12.

Rabu, 23 April 2014

Pertanyaan dan Jawaban mengenai "Informasi Sebagai Suatu Produk"

Pertanyaan:
1.   Jelaskan apa yang Anda ketahui dari informasi sebagai suatu produk? Bagaimana perbedaan antara informasi yang dihasilkan oleh lembaga informasi (perpustakaan, museum dan arsip) dengan lembaga pemerintah lainnya yang mengeluarkan informasi (kementerian komunikasi dan informatika, sekretariat negara dan pusat pengelolaan informasi dan dokumentasi di setiap lembaga pusat)?
Jawaban:
1.   Informasi sebagai suatu produk adalah hasil dari sebuah manajemen yang dilakukan oleh manajer (pengelola manajemen) melalui sebuah proses manajemen yang tujuan akhir berupa pelayanan kepada pengguna, pelayanan kepada pengguna bisa dijabarkan sebagai informasi yang sedang dibutuhkan pengguna. Namun informasi tersebut dapat melekat ke sebuah media yang digunakan, seperti informasi secara lisan dan tulisan. Informasi sebagai suatu produk melekat sekali di media informasi, tanpa media, informasi dapat dipertanyakan keabsahan dan keautentikan isi informasi tersebut. Informasi berupa tulisan dan lisan sering kali jauh dari pertanggungjawaban atas informasi tersebut, banyak informasi bohong belaka (hoaxs) tanpa bukti yang konkret. Oleh karena itu informasi sebagai suatu produk harus di seleksi terlebih dahulu mengenai kauliats informasi tersebut (bibit, bobot dan bebet). Informasi bisa dikatakan sebagai suatu produk namun jika di lihat mengenai produk pasti bisa mengetahui siapa yang memproduksinya. Pemproduk/Produsen dapat dibedakan dari individu dan masyarakat serta pemerintah. Untuk itu produk informasi yang dapat dikatakan bagus atau dapat dipertanggungjawabkan biasanya melihat lembaga penciptanya. Informasi itu bisa melekat juga pada jasa atau barang, ini jka di lihat ke belakang, informasi melekat di media apa? Jika melekat di media tulisan amak informasi seringkali di pandang sebagai informasi di barang. Jika melekat di lisan maka informasi seringkali di pandang sebagai informasi di jasa.
Bagaimana tanggapan masyarakat atas informasi sebagai suatu produk. Menurut pendapat saya. masyarakat hingga saat ini masih seringkali sulit membedakan informasi sebagai suatu produk karena informasi itu sendiri konteksnya sangat luas sekali. Informasi di media televisi, koran, buku, selembaran, poster, foto, film dan media rekam lainnya sangat beragam sehingga perspektif masyarakat/pengguna terhadap informasi masih umum belum ke konteks sudut-sudut informasi yang mendetail. Akhirnya masyarakat masih sering dirugikan akan informasi yang akurat dan informasi yang sesuia dengan kepentingan masyarakat. oleh karena itu, solusi saya akan informasi sebagai suatu produk harus diperkecil ruang lingkup bahasan informasi. Informasi yang seperti apa. Informasi yang bagaimana dan sesuai dengan kepentingan masyarakat/pengguna. Jika pokok bahasan pada bagian ini adalah perpustakaan maka informasi di perpustakaan seperti informasi peminjaman dan pengembalian buku, informasi apa yang ada di buku (konsultasi buku) dan informasi yang berkaitan dengan perpustakaan. Ini menghasilkan sebuah informasi yang jelas dan rinci karena masyarakat/pengguna mengetahui apa itu informasi sebagai suatu produk perpustakaan tidak melebar ke informasi lainnya sehingga pengguna menjadi lebih paham dan bisa menemukan kepentingan yang di cari.

Informasi yang dihasilkan oleh lembaga informasi dalam hal ini lembaga informasi disebutkan > perpustakaan, meseum dan arsip. Informasi di setiap lembaga itu berbeda-beda. Informasi ini tergantung tugas pokok dan fungsi dari masing-masing lembaga informasi.
·           Lembaga informasi di perpustakaan, jika perpustakaan lebih banyak melakukan pengelolaan di buku dan budaya membaca masyarakat. namun, budaya membaca yang bagaimana? Budaya membaca yang digerakkan harus dengan sinergi antara perpustakaan dengan lembaga pemerintah seperti kemendikbud dan lembaga swasta seperti LSM yang bergerak di bidang budaya membaca (Indonesia Mengajar). Informasi di perpustakaan melekat sekali di pandangan masyarakat sebagai informasi yang ada di buku, jadi perpustakaan itu tempat untuk membaca buku, meminjam dan mengembalikan buku. Untuk saat ini, era teknologi kekinian, perpustakaan sudah menerapkan komputer dalam peningkatan produk perpustakaan sehingga dari yang manual bisa menjadi otomasi (inovasi).
·           Lembaga informasi di museum. Museum seringkali diartikan sebagai benda-benda yang dipamerkan untuk dipertontonkan kepada masyarakat karena mempunyai nilai seni, pembelajaran, nilai sejarah dan nilai kebudayaan. Informasi yang dihasilkan berupa informasi dalam benda yang diperjelas dengan deskripsi di setiap benda itu serta dengan pemandu wisata museum tersebut. Coba bisa kita lihat di setiap museum pasti menampilkan benda-benda bersejarah dan indetik dengan nama museum itu. Misal museum nasional menampilkan benda-benda dan informasi secara nasional dan kedaerahan sedangkan di museum bank indonesia menampilkan sejarah bank indonesia secara media tulisan dari benda dan patung-patung.
·           Lembaga informasi di kearsipan. Arsip yang dalam pengertiannya adalah rekaman kegiatan dari berbagai bentuk media. Kearsipan mempunyai maskud tersendiri dan berbeda antara perpustakaan dan museum. Maksud tersendiri itu adalah karena bahan yang dikelola oleh arsip berbagai media dan media itu melekat seperti, kertas, film, tape recorder, peta. Perbedaan lainnya adalah informasi yang terdapat di arsip banyak yang belum bisa di buka/dilihat oleh khalayak luas artinya arsip dalam keterbukaan informasi masih harus melihat isi informasi itu, apakah sudah bisa di akses untuk khalayak luas. Ini karena isi arsip sangat berkaitan dengan privacy dari penciptanya. Berbeda dengan perpustakaan dan museum yang notabene informasi yang ada di kedua lembaga itu memang di buka dan digunakan untuk kepentingan masyarakat.
o    Bagaimana dengan informasi pada lembaga pemerintah lainnya seperti kemenkominfo, sekretariat negara dan PPID (pusat pengelola informasi dan dokumentasi)? Informasi di lembaga tersebut juga dapat dibedakan dari tugas pokok dan fungsi. Untuk Kemenkominfo yang lebih ke arah pengelolaan komunikasi dan informasi dari bidang teknologi. sedangkan Sekretariat Negara lebih mengarah ke bidang pemberian dukungan data, informasi, dan analisis dalam rangka pengambilan kebijakan di bidang politik, hukum, keamanan, perekonomian, dan kesejahteraan rakyat. PPID di setiap lembaga sebagai pelaksanaan atas Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Dalam hal ini, lembaga pemerintah juga mengelola informasi sesuai dengan tupoksi lembaga tersebut sehingga informasi sebagai suatu produk dapat dipasarkan sesuai dengan manajemen pemasaran kepada pengguna dengan lebih detail dan tepat sasaran.
Ø Arsip mempunyai ruang lingkup sendiri, perpustakaan mempunyai cakupan tersendiri begitu juga dengan museum dan lembaga pemerintah lainnya yang menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai kepentingan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu dari bahasan informasi sebagai suatu produk dapat dikatakan informasi ini masih sangat luas, jika didetailkan dan dijabarkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi lembaga yang menaunginya maka informasi sebagai suatu produk dapat dipahami dan dimengerti oleh masyarakat/pengguna.