Senin, 08 Oktober 2012

Kesimpulan Kedua Praktik Arsip Kaset dan Foto

A.    Kesimpulan
Kesinambungan antara penyampaian teori dengan praktek yang aplikatif terasa dalam penyajian mata kuliah pengelolaan arsip audio visual ini. Terlebih lagi ditunjang dengan berberapa media yang representative, tentunya hal tersebut sangat berdampak pada mahasiswa untuk memperkaya khasanah keilmuannya. Lebih jauh lagi, beberapa langkah yang ada dipraktikum terasa penting karena hal ini berkaitan dengan aplikasi kerja nyata yang belum diterasa saat penyampaian teori di ruang kuliah.
Terkiat untuk pengelolaan foto, beberapa aspek terlihat menjadi sangat vital peranannya yang mencakup fungsi dan kegunaannya. Pola klasifikasi, prosedur pengelolaan, dan sarana alat merupakan sumber daya utama dalam menjalankan fungsi primer tata kelola informasi yang bersumber pada kaset. Kecermatan sekaligus ketekunan menjadi modal utama dalam menyongkong SDM untuk menerapkan good governance dalam bidang arsip audio visual, khususnya arsip foto.
Keberagaman informasi yang tersaji menjadi beberapa jenis arsip kaset maupun foto menunjukan bahwasanya media untuk penyampaian suatu informasi tidak hanya terbatas pada sarana yang bersifat konvensional saja. Labih jauh lagi, komputerisasi maupun perluasan networking menjadi penting peranannya saat era globalisasi menunjukkan trend­­-nya. Beberapa sektor pemerintahan dan swasta mulai menggalakan diberlakukannya peperless yang berorientasi pada sarana yang bersifat audio visual.
B.     Hambatan
Dalam melakukan praktik ini banyak hambatan yang terjadi, ksususnya dari faktor individu. Terkait itu maka dalam melakukan praktik harus benar-benar dipahami karena praktik tu membekas dalam ingatan. Untuk teori di kelas bisa dipelajari sesuai kehendaknya namun dalam praktik tidak karena harus sesuai dengan batas waktu yang sudah ditetapkan dan standar dari praktik ini yang menghasilkan luaran yang jelas berupa laporan transkripsi kaset, kaset yang sudah disimpan dengan sistem pengolahan yang diacu, foto yang dideskripsikan dan foto yang sudah jadi dalam tempat penyimpanannya.
C.    Saran
Untuk kedepannya praktik ini dapat dijadikan pengaplikasian dari teori di kelas dan kenyataannya di prakti itu tidak sulit sepert dalam teori yang dipelajari. Di praktik juga terdapat perbedaan ilmu, karena itu tergantung bagaimana pengolah arsip dalam mengolah arsip kaset dan foto untuk mencapai tingkatan informasi yang lengkap dan penemuan kembalinya juga berguna bagi penggunanya.
D.    Manfaat
Praktik ini memberikan manfaat bagi mahasiswa Diploma III Kearsipan UGM Angkatan 2010 mengenai bagaimana alur pengolahan yang benar dan sudah dilakukan berasarkan pokok aturan yang dijelaskan oleh Dosen.
Mahasiswa dapat menambah wawasan ilmu yang dimiliki juga nantinya jika sudah terjun dalam dunia kerja kearsipan sesungguhnya tidak mengalami kesalahan yang pernah dilakukan dalam praktik ini karena praktik itu memang menggambarakan bagaimana nanti seorang pengolah kearsipan bekerja khususnya mengenai pengolahan Arsip Audio Visual.

Link Nya

PRAKTIK 2 ARSIP FOTO

A.    Gambaran Umum
a.      Pengertian Arsip Foto
Arsip foto merupakan arsip yang isi informasinya terekam dalam gambar statik berupa citra diam atau tidak bergerak. Dalam foto tersebut apabila kita mencermati secara detail maka kita dapat mengetahui apa isi informasi yang terekam dalam arsip foto tersebut. Terkadang orang suka mengabadikan suatu peristiwa dalam foto, setelah sekian lama maka foto tersebut yang akan bercerita tentang peristiwa yang sudah lalu. Contohnya saja dalam praktek kelompok kami, ada foto tentang kerja sama UGM dengan sebuah lembaga yang dibuat 10 tahun lalu, untuk dimasa sekarang maka foto tersebut dikatakan sebagai arsip dan dapat dijadikan sebuah bukti yang sangat akurat tentang kerja sama tersebut.
b.     Pola Klasifikasi
Pola klasifikasi arsip foto merupakan pola klasifikasi yang digunakan untuk membantu dalam manuver, pengelompokan  kartu dan foto. Pola klasifikasi juga akan membantu dalam pengkodean dan juga penataan arsip.
Pola klasifikasi yang digunakan adalah pola klasifikasi sesuai standart internasional, karena di indonesia sampai saat ini masih belum memiliki pola klasifikasi arsip Audio Visual dan arsip foto. Berikut contoh bagian-bagian yang ada dalam skema klasifikasi:
No
Main
Sub
1
OA
Official Archives
OD: Kerja sama Dalam Negeri
OL: kerja sama Luar negeri
OB: bantuan akademik
OJ: Kunjungan Akademik
2
AM
Academic Archives
MS: seminar
MC: ceramah Akademik
MK:Kongres
MD: Promosi Doktor
MP: Pembukaan Program/Unit Kerja

B.     Pelaksanaan Praktik Arip Foto
a.      Alat dan Sarana:
-          Kartu deskripsi: Kartu deskripsi atau kartu pembantu sarana pencatatan data arsip dalam rangka pemberkasan dan penataan.
-          Alat tulis: Digunakan untuk melakukan pencatatan pada kartu deskripsi.
-          Paper clip: digunakan untuk mengkaitkan kartu deskripsi dan arsip fotonya sehingga kartu deskripsi dengan arsip fotonya tidak mudah terpisah.
-          Amplop: Amplop tempat penyimpanan arsip foto dari kertas yang mempunyai kadar sasam rendah, biasanya menggunakan kertas conqoerer dengan ukuran sesuai format fisik arsip dan bisa juga lebih besar dari arsip foto tersebut.
-          Guid: Guide atau sekat digunakan untuk memisahkan tiap arsip berdasarkan masalah. Guide tersebut terdiri dari dua lidah,  lidah yang pertama atau depan sebagai main subject sedangkan lidah yang kedua sebagai sub subject.
-          Rak Arsip: Rak digunakan untuk menyimpan arsip foto yang telah dideskripsi dan dimasukkan ke dalam amplop yang kemudian akan ditata di rak arsip tersebut.
-          Daftar Koleksi Arsip: suatu daftar yang berisi identitas, deskripsi, transkripsi arsip yang telah memberkas, ditata menurut filing sistem yang telah ditetapkan, dibuat diatas dasar kartu pembantu sebagai sarana pengendalian arsip fisik dan informasi arsip yang disimpan dan sebagai sarana penemuan kembali arsip dengan mudah dan cepat.
b.      Prosedur Praktik Arsip Foto
1.      Deskripsi arsip foto
Deskripsi merupakan kegiatan mengisi identitas foto kedalam kartu deskripsi. Kegiatan ini dilakukan dengan melihat kliping yang memuat berita-berita koran, buku-buku tentang pejabat-pejabat terdahulu. Sarana ini digunakan guna membantu proses pendeskripsian pada unsur-unsur yang ada dalam kartu deskripsi dengan foto yang bersangkutan.
Beberapa unsur dalam kartu deskripsi yaitu:
1.   No. awal                 : Nomor yang terdapat dibelakang foto.
2.   Main                        : Kode yang termuat dalam Main subjek Skema klasifikasi. Misal official archives, maka kodenya OA.
3.   Sub                          : Kode sub subjek, misal OD, OL, OB dan lain-lain menurut subjek dalam foto.
4.   No. definitif            : Nomor yang didapat dari skema klasifikasii foto.
5.   Nama kegiatan        : Kegiatan ditulis singkat dan jelas.
6.   Uraian kegiatan       : Uraian kegiatan dapat tergambar dari objek-objek foto dan bantuan sarana lainya seperti kliping dan buku-buku sejarah.
7.   Tempat                    : Tempat terjadinya kegiatan dalam foto
8.   Tanggal                   : Tanggal terjadinya kegiatan.
9.   Warna/Hp. Ukuran: Dapat diisi ukuranya saja, misal : 3x4
10.               Asal                 : Sumber foto, misal: Humas UGM
11.               Pemotret          : Jika tidak ada, bisa diiabaikan.
12.               Kondisi           : Kondisi forto jika baik, maka Baik, Jika buruk maka kurang baik atau rusak.
2.      Memberi kode (Klasifikasi foto)
Setelah melakukan deskripsi, kemudian selanjutnya adalah mengklasifikasikan foto menurut subjek masalahnya. Misal subjeknya adalah pertemuan dari pihak BAPENAS  dengan dekan Fakultas Peternakan serta rektor UGM untuk memberikan bantuan berupa sapi, maka kodenya adalah:
AF/OA.OB/1
                        Keterangan,
                                                AF       :  Arsip Foto
                                                OA      : Official Archives sebagai subjek Masalah)
                                                OB      : Bantuan Akademik (sub masalah)
                                                1          : No urut foto yang diolah
3.      Manuver:
Setelah diberi kode klasifikasi, kartu dan foto yang telah dijadikan satu menggunakan paper clip dimanuver / dikelompokan menurut klasifikasinya.
4.      Penomoran / Pengkodean

kemahasiswaan
Pengkodean bertujuan untuk membantu dalam proses penataan arsip foto, sehingga mempermudah  dalam penataan maupun dalam penemuaan kembali arsip. Pengkodean di lakukan 3 kali, yaitu pengkodean dalam kartu deskripsi, di belkang foto dan juga pengkodean di amplop.

Ospek dan penerimaan
 Cotoh :
a.       Pengkodean dalam kartu deskripsi
No Awal
Main : KM           Sub: KO
No Definitif
Nama kegiatan
Uraian Kegiatan



Tempat
Asal
Tanggal
Pemotret
Warna/HP, Ukuran
Kondisi


b.     

no urut foto berdasarkan tanggal
Pengkodean dibalik foto

AF/KM.KO/1

sub

main

arsip foto
 






c.       Pengkodean di amplop
Pengkodean di amplop disesuaikan dengan pengkodean dibelakang foto. Kode tersebut ditulis disebelah kanan amplop paling pojok.


Kode ditulis sesuai di belakang foto
Contoh:  AF/KM.KO/1
.
5.      Penataan Arsip
Dilakukan dengan meletakan foto kedalam amplop yang telah diberi kode klasifikasi tersebut dan diletakan dibelakang guide yang telah disediakan menurut klasifikasi dan kodenya.
6.      Pembuatan Daftar Arsip Foto
Setelah semua selesai ditempatkan, lalu dibuatkan Daftar Arsip Foto. Daftar ini merupakan sarana yang akan membantu dalam penemuan kembali arsip foto.
Dalam daftar memuat beberapa unsur yang ada seperti berikut:


C.    Kesimpulan
Kesinambungan antara penyampaian teori dengan praktek yang aplikatif terasa dalam penyajian mata kuliah pengelolaan arsip audio visual ini. Terlebih lagi ditunjang dengan berberapa media yang representative, tentunya hal tersebut sangat berdampak pada mahasiswa untuk memperkaya khasanah keilmuannya. Lebih jauh lagi, beberapa langkah yang ada dipraktikum terasa penting karena hal ini berkaitan dengan aplikasi kerja nyata yang belum diterasa saat penyampaian teori di ruang kuliah.
Terkiat untuk pengelolaan foto, beberapa aspek terlihat menjadi sangat vital peranannya yang mencakup fungsi dan kegunaannya. Pola klasifikasi, prosedur pengelolaan, dan sarana alat merupakan sumber daya utama dalam menjalankan fungsi primer tata kelola informasi yang bersumber pada kaset. Kecermatan sekaligus ketekunan menjadi modal utama dalam menyongkong SDM untuk menerapkan good governance dalam bidang arsip audio visual, khususnya arsip foto.
Keberagaman informasi yang tersaji menjadi beberapa jenis arsip kaset maupun foto menunjukan bahwasanya media untuk penyampaian suatu informasi tidak hanya terbatas pada sarana yang bersifat konvensional saja. Labih jauh lagi, komputerisasi maupun perluasan networking menjadi penting peranannya saat era globalisasi menunjukan trend­­-nya. Beberapa sector pemerintahan dan swasta mulai menggalakan diberlakukannya peperless yang berorientasi pada sarana yang bersifat audio visual.

Editan Kesimpulan Untuk Bagian Arsip Foto
Lalu kesimpulan diatas dimasukkan dalam Bab Penutup > Kesimpulan
D.    Kesimpulan
Kesimpulan: Arsip foto jika tidak dikelola maka akan percuma saja, isi informasi yang terkandung didalamnya tidak dapat digambarkan dalam tulisan. Selain sebab itu sudut pandang pembaca dalam melihat arsip foto berbeda-beda oleh karena itu arsip foto harus dijabarkan oleh pengolah arsip foto ini agar sudut pandang informasi yang didalamnya dapat dijelaskan sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada waktu foto itu dipotret.
Metode pengolahan dalam praktik ini cukup mudah hanya saja faktor pendukung serpeti laporan, artikel, makalah dan sumber lainnya yang menggambarkan arsip ini harus ada jika tidak ada maka dapat menggunakan langkah wawancara terhadap siapa pencipta arsip itu baik itu perorangan ataupun lembaga.
Pengolahan arsip ini dilakukan sesuai dengan prosedure pada arsip universitas, cara tersebut meliputi: Deskripsi foto-klasifikasi foto-manuver-penomoran/pengkodean-penataan arsip-pembuatan daftar arsip dan ditambah dengan pola klasifikasi yang sudah ada juga alat dan bahan dalam melakukan pengelolaan arsip foto tersebut.
Selain beberapa kesimpulan tersebut dalam pengolahan arsip foto ini juga dapat memberikan gambaran hidup suatu instansi dari masa ke masa dan untuk yang akan datang juga mempunyai wujud nilai yang berbeda dari tekstualnya, oleh karena itu harus dilakukan pengolahan agar tidak terbengkalai.

Saran: Dalam melakukan pengolahan pada praktiknya harus didukung dengan keberadaan dokumen pendukungnya, maka oleh karena itu jika kita ingin mengolah arsip foto sebaiknya seketika itu dicetak ke dalam kertas foto dan langsung diberi gambaran singkat berupa deskripsi agar dalam pengolahan yang dilakukan dapat dengan mudah sehingga ketika foto itu sudah hilang informasinya dapat dilakukan pengolahan sebagaimana mestinya. 

PRAKTIK 1 ARSIP KASET

A.    Pengertian Umum
a.      Pengertian Arsip Kaset (Rekaman Suara)
Arsip rekaman suara merupakan arsip bentuk khusus yang informasinya terekam dalam sinyal suara dengan menggunakan sistem perekam tertentu. Rekaman suara ini ada sejak tahun 1887 yang diciptakan oleh Thomas Alfa Edison yang disebut Phonograph. Kemudian tahun 1920 berkembang menjadi Gramaphone bentuk piringan.Kemudian pada tahun 1970 diperkenalkan pita magnetik yang disebut DAT (Digital Audio Tapes) dan hingga sekarang dalam merekam suara menggunakan kaset pita.
David Roberts menyebut media rekam informasi nonkertas dengan istilah “Records in Special formats” yang terdiri dari arsip foto (photographs), Arsip Citra bergerak (cine film, videotape, optical digital video disk), Sound recordings (photographic recording, magnetic tape recording, dan optical digital recording), arsip peta dan arsip arsitektural, gambar (drawings), ephemara (poster, leaflet, kartu ucapan selamat, kartu pos, dan tiket), object, art works, publikasi, dan electronic records (Roberts, 1993: 385). Dari ketiga media rekam tersebut, atau dari dua kategori arsip kertas dan nonkertas tersebut, media rekam kertas (paper base records) merupakan media yang paling tinggi penggunaannya baik frekuensi maupun jumlahnya.
b.      Transkip Kaset
Transkrip kaset dalam prosesnya menggunakan tape recorder untuk memutar isi rekaman dari kaset tersebut. Hasil transkrip biasanya berbentuk teks tertulis yang berupa tulisan isi rekaman. Hasil transkrip ini bisa bermacam-macam. Ada hasil transkrip yang betul betul ‘apa adanya’ artinya kata perkata ditulis bahkan situasi yang terjadi ditulis juga untuk menggambarkan situasi yang terjadi, contohnya “… Banyak yang berpendapat ya, bahwa uang (batuk) dan kekuasaan itu eh mempunyai pengaruh dalam apa itu namanya ehm proses hukum di Indonesia …” Atau hasil transkrip yang menekankan isi/teks tanpa perlu menggambarkan situasi, misalnya “… Banyak yang berpendapat bahwa uang dan kekuasaan mempunyai pengaruh dalam proses hukum di Indonesia …”
Merekam dan mentranskripkan sebuah acara itu penting agar setiap acara memiliki dokumentasi tertulis selain dokumentasi audio maupun video.
Mentranskrip mirip dengan menotulensi tetapi tidak sama. Mentranskrip bisa dilakukan kapan saja dan bisa dimana saja selama bahan untuk ditranskrip ada. Jadi, bisa saja bahan itu bahan yang 1 tahun lalu, atau beberapa bulan lalu.
Adanya transkip untuk arsip audio visual berguna untuk:
-          Sarana pembantu menjelaskan isi informasi arsip audio visual saat dipinjam. Biasanya pengguna hanya meminjam transkip kaset saja, tetapi untuk pengguna hukum hanya kaset yang asli tetapi tidak menutup kemungkinan keduanya dipakai.
-          Untuk menjaga keamanan arsip aslinya, jika ada seorang pengguna arsip membutuhkan informasi yang terekam dalam arsip audio visual tersebut tidak perlu membawa arsip aslinya dan petugas memberikan teks hasil transkrip dari arsip tersebut
B.     Pelaksanaan Praktek Arsip Audiovisual (kaset)
a.      Alat dan Sarana
-            Indeks interview : kartu yang berisikan isi topik wawancara, nama narator, kode atau nomor kaset dan subjek-subjek utama wawancara dengan menunjuk waktu. Pembuatan indeks interview deng cara mendengarkan isi dari wawancara tersebut kemudian dicatat pokok-pokok masalahnya. Setelah diketahui isi pokok masalahnya dicatat durasi waktu dari setiap subjeknya.
-            Kartu identifikasi: kartu yang berisi tentang isi konteks arsip kaset itu sendiri untuk memudahkan dalam penataannya.
-            Skema klasifikasi arsip audio Visual: berupa daftar kode klasifikasi arsip audio visual. Skema tersebut merupakan daftar kalsifikasi informasi asrip audio visual secara internasional.
-          Tape recorder : merupakan alat yang digunakan dalam proses transkripsi kaset. Dimana informasi yang ada di dalam kaset didengarkan kemudian  dipindahkan ke dalam media kertas.
-          Label :  tanda yang terbuat dari kertas yang dipasang dilidah guide dan dikaset yang dimana dilabel tersebut berisikan kode arsip kaset yang sudah ditentukan.
-          Guide : alat yang terbuat dari plastik/mika yang berfungsi sebagai penunjuk, pembatas deretan kaset. Jadi di dalam penataan kasetnya diberi pembatas sesuai kode arsip kaset agar mudah saat ditata. Masing-masing guide bisa dibuat berbeda warna untuk mengetahui antar guide pertama, kedua dan ketiga. Dan masing-masing guide terdapat lidah guide.
-          Laci : laci digunakan untuk penataan kaset yang sudah diberi nomor atau kode arsip kaset yang telah ditentukan.
-          Rak almari : Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan laci yang berisikan kaset yang sudah ditata. Dan dalam penatatan arsip kaset di almari juga tidak boleh sembarangan. Karena dialmari juga dikasih kode rak berapa arsip tersebut disimpan agar mudah saat penemuan kembali.
-          Daftar koleksi arsip: buku yang berisi tentang daftar koleksi arsip yang disimpan. Buku tersebut berguna sebagai sarana temu balik arsip yang akan diperlukan.
b.      Prosedur Pelaksanaan Praktik Arsip Audio Visual
1.      Seleksi
Seleksi  merupakan kegiatan memisahkan arsip kaset / rekaman suara yang akan diolah dan yang tidak akan diolah. Seleksi ini meliputi seleksi fisik. Seleksi fisik ini dilakukan dengan melihat bentuk fisik kaset. Selain itu juga kaset yang isi rekamannya tidak jelas tidak akan diolah.
2.      Identifikasi
Identifikasi adalah proses pendataan arsip, meliputi :
·         Pendataan informasi arsip (intellectual handling).
Pendataan informasi arsip diketahui dengan cara mendengarkan isi rekaman dari arsip tersebut.
·         Pendataan fisik arsip (technical handling)
Pendataan fisik arsip ini diketahui dengan cara melihat fisik arsip.
Contoh kartu identifikasi :
No. Definitif :
No. Sementara :
A.      Intelektual Handling
Subjek / Topik :
Narator           :
Interviewee     :
Tempat           :
Tanggal          :
Durasi            :

B.      Technical Handling
Vendor          :
Type             :
Volume         :
Keterangan :
·         No Definitif : Pada nomor definitif diisi untuk yang terakhir setelah arsip kaset siap untuk disimpan.
·         No Sementara : Nomor ini diisi dengan nama kelompok dan inisial nama pendeskripsi. Inisial nama ini harus diketahui oleh semua anggota agar tidak ada kesamaan dalam penggunaan inisial.

·        

Inisial nama pendeskripsi
Contohnya : AI / UH

Nama kelompok
 


·         Subjek/Topik : berisi tentang isi arsip kaset secara garis besar, terkadang pada kaset topic sudah tertulis di covernya.
·         Narator : berisi nama pewawancara, apabila pewawancara lebih dari dua orang maka ditulis “dkk”. Contohnya : Uswatun Hasanah, dkk.
·         Interviewee : berisi nama narasumber yang di wawancarai
·         Tempat : berisi tempat dilakukannya wawancara
·         Tanggal : berisikan tanggal saat wawancara berlangsung
·         Durasi : berisi total waktu wawancara
·         Vendor : berisi merk dari arsip kaset, ada 2 merk kaset yang biasa dipakai yakni  Sony dan BASF.
·         Type : berisi durasi putar kaset, terdiri dari tipe C90 atau C60
·         Volume : berisi tentang seri kaset yang saling berhubungan, karena masih membicarakan topik yang sama namun sudah berbeda kaset
3.      Indeks Interview Content
Indeks interview content merupakan tabel yang berisi topik rekaman, narator, dan narasumber, nomor kaset serta waktu yang menjelaskan tentang pokok subyek utama pada wawancara. Indeks Interview Content dipasang sebagai cover arsip kaset, hal ini akan sangat membantu dalam penemuan kembali informasi yang terdapat didalam rekaman tersebut.
Indeks Interview Content dibuat dengan cara mendengarkan kaset dan menyimpulkan setiap kesatuan subyek pada rekaman dan mencatat durasi waktunya dari setiap satuan subyek tersebut.



Berikut adalah contoh tabel Indeks Interview Content :

Topik :
Narator :
Interviewee :
NO :

Side A
Side B

4.      Transkripsi
Pada tahap ini, Arsip kaset diputar menggunakan tape recorder yang kemudian didengarkan dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Proses transkripsi ini tidak hanya memindahkan isi rekaman dalam bentuk tulisan melainkan juga harus melakukan penjelasan istilah istilah yang tidak menggunakan bahasa baku, serta memperbaiki ejaan dan memperbaiki struktur kalimatnya. Kegiatan transkripsi ini membutuhkan kesabaran, dan ketelitian karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyalin percakapan kedalam bentuk tulisan.
 Pada isi transkripsi pertanyaan yang di tanyakan oleh narator ditulis dengan menggunakan huruf yang di miringkan (italic) untuk memudahkan dalam membedakan antara pertanyaan dan jawaban.


5.      Pengelompokan dan Penomoran
Kaset – kaset yang sudah selesai ditranskripsi kemudian dikelompokan berdasarkan skema pengaturan arsip kaset. Pengelompokan ini disebut juga manuver. Manuver terbagi menjadi 2 :
·         Manuver kartu
Manuver ini merupakan kegiatan mengelompokan kartu identifikasi sesuai dengan skema pengaturan yang sudah ditentukan. Pengelompokan kartu ini akan memudahkan dalam memanuver fisik arsip, karena jika kartu sudah tertata dengan baik, maka manuver fisiknya akan mengikuti kartu identitasnya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memanggil setiap item secara urut diikuti pengumpulan dan penataan sesuai dengan kronologisnya. Setelah kartu tertata dengan baik, kemudian kartu di beri nomor definitif.
·         Manuver fisik
Manuver fisik ini dilakukan setelah manuver kartu selesai, manuver fisik akan mengikuti cara atau skema dari kartu tersebut, setelah manuver kartu selesai kemudian arsip kaset ditata sesuai dengan kartu kemudian diberi nomor definitif yang sesuai dengan kartu identifikasinya.
Penomoran arsip dilakukan dengan cara mengganti nomor sementara kartu identifikasi dengan nomor definitif yang sesuai dengan skema klasifikasi yang telah ditentukan. Pemberian nomor tiap sub pokok skema dimulai dengan angka satu.  Contohnya :

Nomor urut item
AK / OH.HB.00/1

Arsip Kaset (Jenis Arsip )

 Oral Histori (pokok masalah)

Sub – sub masalah

Histori Biografi ( sub pokok)
 







Arsip kaset juga diberi nomor definitif dengan memberikan label. Label diberi warna yang berbeda pada setiab sub masalah, agar mudah dideteksi apabila ada kesalahan dalam penempatan.
6.      Penataan dan Penyimpanan
Setelah arsip kaset selesai dimanuver kartu dan fisiknya , arsip siap untuk ditata. Penataannya dilakukan langsung pada rak arsip. Rak arsip yang digunakan terbuat dari plastic. Arsip kaset ditata dengan posisi landscape agar label yang berisi nomor definitifnya dapat terlihat. Setiap kaset yang berbeda sub pokok masalahnya diberi penyekat agar lebih mudah dalam penataan dan penemuan kembali.


Contohnya :

OH

HB

00

01
 













Setelah semua kaset tertata dengan rapi, kemudian arsip disimpan dalam laci yang terdapat didalam almari.
7.      Pembuatan Daftar Arsip Kaset
Kaset yang sudah selesai diolah dan telah disimpan di lemari kemudian di buatkan Daftar Koleksi Arsip (DKA). Pembuatan DKA ini berdasarkan kartu klasifikasi yang telah dimanuver sebelumnya.
Contoh Tabel DKA :
NO
TOPIK
NARATOR
INTERVIEWE
TANGGAL
TEMPAT
LOKSIM
T-SKRIP

















Pengisian tabel pada DKA ini sama dengan yang ada pada kartu identifikasi, hanya saja untuk tabel NOMOR ditulis nomor definitifnya. Untuk LOKSIM merupakan lokasi simpan dari arsip tersebut,
Contohnya : A1-R1-L1
·         A1 : lemari nomor 1
·         R1 : Rak Nomor 1
·         L1 : Laci nomor 1
C.     Kesimpulan dan Saran
a.       Kesimpulan: Arsip kaset atau rekaman suara memiliki batasan media yang berbeda pada umumnya dalam media untuk arsip. Pengelolaan dalam prosedure yang kami lakukan saat praktik berdasarkan sistem yang telah dibuat dan kami melakukan sesuai prosedure yang ada. Namun pada kenyataannya dalam melakukan transkripsi kaset dapat dilakukan secara bersamaan dalam mengisi indexs interview contents yang sebelumnya melakukan langkah seleksi kaset lalu deskripsi fisik kaset pada kartu deskripsi. Dalam tahap pengelompokan dan penomoran dilakukan ketika semua transkripsi kaset sudah dilakukan, ini berfungsi agar tidak bekerja dua kali dalam langkah ini. Dan pada akhirnya penataan dan penyimpanan kaset pada tempatnya dengan bantuan daftar koleksi arsip agar penemuan kembali mudah dan cepat.
Pengelolaan arsip kaset dilakukan sesuai prosedure diatas dan pada akhirnya arsip kaset tersebut dapat berguna bagi penggunanya dalam layanan jasa kearsipan untuk menambah khasanah arsip yang ada. Pengelolaan ini juga memberikan gambaran bahwa instansi mempunyai kepedulian dalam arsip audio ini dan tidak hanya tekstual saja.
b.      Saran: Setelah kami melakukan praktik ini hal yang menjadi hambatan adalah isi dari arsip kaset itu saat dalam langkah transkripsi lalu saran kami adalah jika terdapat transkripsi yang tidak sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan maka langsung saja diedit dalam kaidah yang baku, hal tersebut mempengaruhi ketika dalam langkah penulisan isi informasi kaset itu dalam bentuk deskripsi pada laporannya. Dalam melakukan pengolahan arsip kaset ini memakan cukup lama waktu di bagian transkripsi, untuk pengelompokkan dan penomoran sesuai dengan kaset yang sudah dilakukan transkripsi, jika sedikit maka cepat dan jika kaset itu banyak maka akan lama.
Untuk pengolahan arsip kaset berikutnya, sebagai pengolah arsip maka harus  dilakukan dalam mentranskripsi secara detail dan lengkap informasinya juga alat dan bahan dalam mengolah arsip ini khususnya langkah transkripsi, karena kesiapan semua itu dapat berpengaruh dalam batas akhir waktu dalam melakukan pengolahan arsip kaset ini.


Terima Kasih, Baca juga Praktikkum Arsip Foto Ya....
Link nya ...............