Sabtu, 03 Oktober 2015

LOMBA MENULIS NASIONAL UNTUK REMAJA 2010. Tema Lomba : Realita Budaya di Mata Anak. Judul Lomba : Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Anak Bangsa

Oleh: Verry Mardiyanto | 083898492728

Berawal dari banyak permasalahan budaya bangsa kita dan hampir semuanya kita sudah mengetahui bagaimana permasalahan budaya bangsa kita dari masalah kecil hingga masalah besar dan dari masalah lama yang belum diselesaikan hingga muncul kembali masalah baru yang awalnya dari kompilasi masalah lama atau masalah baru itu muncul sesuai kenyataannya (alamiah). Betapa beratnya menyelesaikan semua itu, tapi kita sebagai bangsa yang besar, berlimpah sumber daya baik alam maupun manusia seharusnya kita bisa menyelesaikannya. Bersatu adalah cara yang tepat, tapi terlintas kata di hati kita, ya mungkin kata menyelesaikan itu jauh dari harapan kita namun kita sudah berupaya menghambatnya untuk tidak menjadikan masalah itu tambah parah!  Akan tetapi kita jangan hanya berfikir sampai disitu saja, masih banyak cara mengatasinya. Jika kita hanya berhenti disitu saja, bagaimana nasib anak cucu bangsa kita nanti? masa depan pastilah akan gelap, permasalahan selau diwariskan dari generasi orang tuanya dan menimbulkan masalah kembali. Maka oleh karena itu, kita sebagai generasi sekarang harus menyelesaikan masalah itu secara sedikit demi sedikit. Walaupun sudah dijelaskan diatas, bersatu adalah cara yang sekarang patut dipakai. Kita jangan hanya diam tetapi kita haruslah bergerak, kita tak mau bangsa kita diisikan masalah lagi kan! Berusahalah menyelesaikannya anak bangsa!
Berbagai kondisi atau masalah dimasyarakat baik yang belum datang, sedang dihadapi hingga masalah yang diwariskan turut menjadi andil dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya kita, kita tahu masalah itu, seperti : korupsi, kemiskinan, kekerasan, kenakalan remaja, anak gizi buruk, banjir, climate change atau perubahan iklim, upaya tanggap darurat dalam bencana alam, kasus Reog Ponorogo dan tari Pendet hingga masalah budaya lainnya yang sampai sekarang belum terselesaikan serta pengaruh globalisasi dan westernisasi yang semakin berpengaruh di semua bidang kehidupan. Penulisan ini akan mengambil permasalahan tentang bagaimana pengaruh globalisasi terhadap kehidupan anak bangsa baik di kota maupun di pedesaan dan bagaimana akibatnya serta bagaimanakah kita sebagai anak bangsa yang nantinya menjadi pemimpin bangsa ini di masa depan menyelesaikannya ? ya salah satunya dengan bekal pendidikan dari bapak dan ibu guru kita, kita belajar dari Taman Kanak - Kanak hingga ke Perguruan Tinggi tidak hanya kewajiban kita sebagai manusia saja untuk belajar akan tetapi bagaimana kita bisa memanfaatkan bekal pendidikan tersebut, walaupun kita saat belajar malas-malasan, bandel tingkah laku kita hingga pelajaran yang diberikan oleh ibu - bapak guru kita, kita abaikan begitu saja. Ya mungkin dahulu kita banyak belum mengerti akan kegunaannya dan masih menikmati masa kanak - kanak kita yang penuh dengan segala macam permainan. Akan tetapi, sekarang kita sudah remaja dan bahkan sebentar lagi kita menjadi dewasa, nah sekaranglah kita harus mulai berangan angan memecahkan masalah tersebut, dari kita berangan angan hal yang kecil, seperti : bagaimana nih nanti masa depan kita? misal: ah nanti aku mau jadi seorang pemain bulu tangkis yang hebat seperti Taufik Hidayat ah atau aku ingin jadi presiden ah. Ya semua angan - angan itu boleh kita impikan dan menjadi pemacu semangat kita buat belajar dan akhirnya kita berguna untuk bangsa Indonesia yang tercinta ini.
Kita tahu cita - cita harus ditempuh setinggi langit akan tetapi jangan sampai angan - angan kita itu terputus oleh perubahan budaya yang semakin modern ini. Di era globalisasi ini sudah banyak budaya leluhur kita yang hampir hilang dimakan zaman sebagai contoh kecil mengenai permainan yang identik dengan anak-anak, seperti : kita tahu dahulu saat kita masih kanak - kanak permainan tradisional masih sering kita lakukan bersama tanpa mengenal lelah dan bermain bersama tanpa mengenal perbedaan Suku Ras dan Agama Maupun Bangsa. Kita bermain berbaur satu sama lain dan dengan rasa yang amat senang dan bahagia, tetapi di zaman sekarang kita bisa lihat anak - anak di perkotaan permainan tradisional sudah hampir tiada dan digantikan dengan sebuah kecanggihan alat yang kian mengglobal dan dipenuhi dengan fasilitas yang semakin modern serta amat canggih seperti PSP, Play Station, Game Online dan permainan canggih lainnya, banyak orang tua anak yang berpikir jika mereka memainkan permainan tradisional sangat lelah untuk anaknya dan gengsi akan statusnya tapi banyak anak yang masih menginginkan permainan tradisional untuk memainkannya tetapi tidak boleh diijinkan oleh orang tuanya, mungkin pertama takut berbahaya ataupun gengsi akan permainan itu sendiri atau bahkan takut anaknya bergaul dengan anak yang tidak mampu dan sering kali anak yang tidak mampu itu diasumsikan anak jalanan atau anak yang liar, orang tuanya takut anaknya menjadi ikut - ikutan akan segala hal buruk yang mungkin anak itu lakukan. Tetapi memang tugas orang tua mengawasi anaknya baik dari seluruh perilakunya di masyarakat dan dilingkungan keluarganya tetapi anak itu harus secara tidak langsung diberikan kebebasan akan keinginannya untuk bermain, jangan selalu dikekang keinginnanya. Jika terus menerus dikekang malahan nanti akan terjadi pergolakan emosinal si anak tersebut, kita tahu bahwa pada umur kanak - kanak bermain adalah hal yang tepat dan wajib untuk perkembangan si anaknya baik emosional dan pikiran kreatifnya juga sangat bermanfaat untuk saling mengenal antar sesamanya dan menjadikan tempat untuk mengembangkan kecerdasan perilakunya.
Akan tetapi coba kita bayangkan dan perbandingkan dengan di pedesaan, anak-anak desa bermain secara tradisioanal dan masih menjunjung tinggi nilai kegotongroyongan dan kebersamaan. Mereka tidak bermain dengan permainan yang berbau teknologi, mereka hanya bermain dengan permainan yang telah bertradisi turun temurun antar generasi di desanya dan kebanyakan permainan tersebut banyak yang menggunakan dari bahan yang telah ada disekitarnya seperti permainan bola gebok bolanya bisa dari tumpukan sampah daun yang dibuat seperti bola dan diikat dengan kulit pohon lalu alur permainannya juga sederhana. Tetapi bukan dari permainannya yang kelihatan simple dan sederhana, banyak perilaku yang bisa kita ambil dari permainan tersebut dari nilai - nilai kegotongroyongan dan kebersamaan yang kuat serta adat istiadat dan tradisi yang selalu dijunjung erat. Mereka tidak bosan - bosannya bermain permainan tersebut bahkan selalu dikembangkan dan permainan baru pun muncul.
Nah, Kita tahu sekarang bagaimana perbedaannya yang mencolok antara anak perkotaan dan anak pedesaan di bidang permainannya, anak kota identik dengan teknologi yang semakin canggih dan terkesan mahal sedangkan anak desa identik dengan sederhana dengan permainan yang apa adanya dan berbau alam, tetapi dari perbedaan itu kita bisa mengambil suatu amanat dan suatu kesuriteladanan yang sangat bermaanfaat bagi kehidupan kita, seperti : di desa, anak-anak disana bermain dengan saling keakrabannya, kebersamaannya dan terlihat tali persaudaraannya sangat kental, teladan tersebut dapat diambil dan harus selalu diwariskan ke anak cucu kita, mengapa ? Sebab keutuhan bangsa dan pemerataan hak dan kewajiban dalam membangun bangsa ini sangatlah dibutuhkan, serta kita sudah tahu diatas tentang bagaimana menyelesaikan masalah budaya bangsa dengan bersatu, kita ambilah kebersamaan dan persaudaraan yang digambarkan oleh anak-anak desa diatas sebagai cara dan motivasi kita membangun bangsa ini dan manfaat untuk kehidupan juga bisa kita ambil dari perilaku kehidupan di kota yang diibaratkan permainan juga, memang kecanggihan teknologi masa kini kian waktu kian cepat sekali, dan anak-anak diperkenalkan teknologi tersebut sangatlah membantu bangsa ini yang semakin bersaing terhadap bangsa lainnya, kita sudah tahu anak bangsa adalah modal utama kita untuk membangun negeri ini dan dengan perkenalan dini teknologi terhadap anak adalah cara yang tepat, tidak hanya itu saja bangsa kita bisa melahirkan anak-anak yang profesinalitas terhadap suatu bidang dikarenakan bidang tersebut sudah diperkenalkan sejak dini dan lambat laun menjadi hobi dan akhirnya anak itu belajar sesuai yang ia inginkan dan menjadikan bidang itu ahlinya dan profesionalnya, ya kalau di Negara kita mungkin hanya sedikit saja pendidikan yang sesuai dengan minat anaknya, kita tahu di pelajaran SD atau SMP pelajaran sekolah banyak sekali, bagaimana dengan si anak mempelajarinya dengan tekun agar semua mata pelajaran tersebut mendapatkan nilai yang mempuaskan? Pengalaman kita semua kalau kita belajar dengan mata pelajaran yang tidak kita senangi maka nilai mata pelajaran tersebut pasti buruk dan sebaliknya jika mata pelajaran tersebut sangat kita sukai maka nilai tersebut akan bagus. Ya bisa kita ambil kesimpulan dari penjelasan diatas anak hanya bisa belajar sesuai kemampuannya, jika ia mampu di mata pelajaran A maka nilai anak tersebut akan bagus dan jika ia tidak menyukai mata pelajaran tersebut maka nilainya akan buruk. Kita kan tidak tahu setiap anak itu IQS nya. Ada yang tinggi, sedang atau bawah. Jadi setiap anak itu berbeda - beda dalam menerima suatu hal atau bidang yang sedang dipelajarinya. Dengan pengenalan teknologi  secara dini maka si anak dapat mudah menguasainya di masa depan nanti dan jika anak tersebut sangat menyukai teknologi tersebut bahkan manjadi hobi maka akan ada seorang professional di bidangnya. Ya mungkin manfaat dari ibarat permainan anak kota diatas hanya itu saja yaitu dari kecanggihan teknologi yang membuat anak itu mengenalnya dan akan menjadikannya ia seorang yang profesional.
Dari kedua manfaat tersebut jika kita gabungkan menjadi satu maka akan menjadikan bangsa ini yang kuat dan tangguh di segala bidang. Maka oleh sebab itu dan sudah dijelaskan diatas kita harus bersatu di segala perbedaan yang terjadi, ya akhir lambat laun budaya kita yang akan hilang seperti kegotongroyongan menjadi tumbuh kembali dikarenakan persatuan tersebut dan persaingan teknologi yang sedang gencar-gencarnya diseluruh belahan dunia ini membuat kita bangsa menjadi lebih percaya diri dan kita pasti bisa mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi.
Demikian penulisan dan pembahasan mengenai Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Anak Bangsa. Semoga bisa menjadi inspirasi dalam membangun negeri ini dan tetap semangat untuk bangsa Indonesia juga jangan pantang menyerah anak Indonesia dalam meraih cita-cita mu.
Bersatu kita padu bercerai kita runtuh. 


Tulisan ini di repost kembali di blog ini yang sebelumnya sudah pernah mengikuti lomba menulis nasional untuk remaja, tahun 2010

Tugas UTS Knowledge Management

“UJIAN TENGAH SEMESTER”
KNOWLEDGE MANAGEMENT
KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM:
KNOWLEDGE SHARING CULTURE DI DINAS SOSIAL PROVINSI DKI
JAKARTA 

di Review oleh:
VERRY MARDIYANTO

RINGKASAN ARTIKEL
A.  Latar Belakang Knowledge Management Sharing (KMS) di Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
Artikel ini membahas mengenai Knowledge Management Sharing (KMS) di Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang tugas pokok dan fungsi Dinas ini adalah seputar dari penanganan, pembinaan dan rehabilitasi sosial kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Provinsi DKI Jakarta. Dalam menunjang tugas pokok dan fungsi tersebut maka disadari oleh Dinas Sosial ini perlu diadakannya mensinergitaskan kemampuan yang ada dalam satu wadah untuk mensukseskan tujuan Dinas Sosial. Ilmu pengetahuan sebagai asset intangible yang disadari perlu dikelola sedemikian rupa agar bisa dimanfaatkan orang banyak khususnya di ruang lingkup Dinas Sosial menjadi Knowledge Management dianggap perlu untuk dilakukan sebagai cara untuk meningkatkan kinerja aparat yang ada. Pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki dikonkulasikan menggunakan teknologi informasi dengan software open source Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment (MOODLE) sebagai faktor pemungkin terwujudnya Knowledge Sharing Culture karena memiliki kelengkapan fitur yang dirancang untuk proses pembelajaran individu maupun organisasi. Portal KMS Dinas Sosial diharapkan mampu memfasilitasi tumbuh kembangnya budaya saling berbagi pengetahuan (share knowledge) sehingga dapat menciptakan pengetahuan baru yang kompetitif, decission support system, sarana penyampaian aspirasi dan penyimpanan dokumen elektronik. Seperti portal, database, software dll.
B.  Masalah yang diselesaikan dengan KMS di Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
Potensi sumber daya pengetahuan sebagai aset intagible di Dinas Sosial harus dilakukan pengelolaan supaya banyak hal yang terkait dengan kinerja sumber daya manusia saling terintegrasi dan menghasilkan output yang bisa membantu menyelaraskan dan memudahkan kegiatan di Dinas Sosial. Rumusan pertanyaan dalam Masalah utama yang dijadikan landasan dalam KMS ini adalah Bagaimanakah membangun budaya knowledge sharing antar pegawai Dinas Sosial dalam rangka peningkatan kinerja dan konsep KMS untuk meningkatkan keunggulan pada Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta?
C.  Inisiasi Knowledge Dinas Sosial saat ini
Sebelum KM diterapkan, maka perlu dilakukan rencana awal sebagai pemetaan hal-hal apa saja yang dibutuhkan untuk pengeloaan aset intangible ini, yaitu struktur external, struktur internal dan kompetensi SDM. Pemetaan jaringan informasi perbidang kerja digunakan agar mengetahui penyelarasan jaringan supaya bisa memediakan KM ini.
D.  Sistem KM dalam KMS
KMS di Dinas Sosial ini yaitu, sebagai berikut
a.       Format pengetahuan berbentuk digital dan disimpan lewat media intranet
b.    Setiap pegawai memiliki tanggungjawab dan akses yang sama untuk setiap pengetahuan berdasarkan kepentingannya.
c.       KMS berbentuk antarmuka dinamis
d.      Bekerja secara berkelompok
e.     Menghilangkan atau memperkecil sekat birokrasi supaya pejabat dibawahnya dapat turut andil langsung terhadap pekerjaan lainnya
E.   Metodologi menggunakan MOODLE sebagai Learning System untuk proses pembelajaran individu dan knowledge sharing culture
a.       Strategi pengembangan Dinas Sosial KMS
b.      Arsitektur KMS Dinas Sosial
c.       Konsep KMS dengan MOODLE
F.   Hasil rancangan KMS Dinas Sosial
a.       Homepage portal KMS Dinas Sosial
b.      User Account Baru
c.       Fasilitas lain pada portal KMS Dinas Sosial
d.      Optimalisasi Jaringan LAN
G.  Kesimpulan
Dari penggunaan KMS ini diharapkan memunculkan inovasi-inovasi yang dapat membantu kinerja sumber daya manusia dan melalui portal KMS ini (MOODLE) dapat mengelola pengetahuan tacit dan eksplisit karena pengetahuan tersimpan berbetuk digital dan lebih terstruktur. Proses pencarian dan penemuan kembali juga lebih cepat karena berbasiskan teknologi informasi intranet. Setiap pegawai dapat mengeksplisitkan knowledge dan harus mengembangkan dan membudayakan menciptakan, menangkap, menjaring, menyimpan, mengolah, dan menyebarluaskan knowledge yang dimiliki kepada pegawai lain. Perkembangan open source web platform memudahan untuk membuat portal lebih sederhana namun cukup membantu pegawai untuk mengembangkan dan mengeskplorasi pengetahuan serta menjembatani knowledge sharing culture. Lalu pada akhirnya membangun budaya pengetahuan secara berkesinambungan dan konsisten adalah mendorong terjadinya kreatifitas dan inovasi di bidang ilmu pengetahuan dalam ranah untuk meningkatkan performa dan kinerja Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
ARGUMEN
Knowledge Management Sharing di Dinas Sosial ini menggunakan sebuah portal berbasiskan jaringan intranet dalam mengumpulkan pengetahuan tacit dan eksplisit yang dijadikan satu dalam database intranet. Banyak penelitian-peneltian mengenai KMS ini namun dengan media sharing menggunakan tools portal web baru beberapa lembaga, slah satunya di Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Di dalam buku Knowledge Management in Theory Practice, karya Kimiz Dalkir terdapat pembahasan mengenai Knowledge sharing in virtual CoPs yang banyak membicarakan mengenai komunitas yang menggunakan media vidtual untuk menyebarkan pengetahuan. Namun dalam Dinas Sosial ini, pengetahuan yang disebarakan lebih bersifat dalam organisasi dan intranet, jadi hanya sumber daya manusia yang berkecimpung di dalam Dinas Sosial yang dapat mengakses, menggunakan dan bertanggungjawab mengembangkan dan membudayakan knowledge sharing ini. Dalam artikel lainnya mengenai KMS juga dijelaskan mengenai pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan kinerja karyawan, sesuai pada kesimpulan artikel yang berjudul “Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Karyawan:Studi Kasus Deparemen Front Office Surabaya Plaza Hotel” yang memberikan statement sebagai berikut faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja adalah teknologi. Hal ini dikarenakan pada departemen front office banyak menggunakan fasilitas teknologi untuk mendukung proses kerja, contohnya pada sub-divisi reception yang banyak menggunakan intranet dan fidelio untuk menyimpan data dan memberikan informasi antar departemen. Hubungannya terkait dengan KMS di Dinas Sosial adalah jika diadakan penelitian efektifitas maka diperlukan strategi untuk menciptakan nilai, yang mampu meningkatkan efektivitas dan produktifitas intelektual organisasi, menuju keunggulan yang lebih kompetitif. Keunggulan ini adalah mengenai peningkatan kinerja pegawai lewat sebuah portal yang didasarkan jika terkait di penelitian pada Departemen Front Office Surabaya Plaza Hotel sudah membuktikan teknologi dapat meinkatkan kinerja karyawan, dan pada di Dinas Sosial bisa terbukti jika diadakan mpenelitian untuk mengukur efektifitas kinerja pegawai jika menggunakan KMS dengan model sebuah portal. Hal ini sesuai dengan konsep dari usulan pada Dinas Sosial yang menupayakan agar KMS tersebut dapat berperan optimal, pengetahuan sebagai aset intangible perlu dieksplorasi dan dikelola dengan baik agar dapat berperan lebih optimal.
Pendapat saya: Pada artikel yang saya angkat ini, KMS sangat berperan penting untuk menyelaraskan pengetahuan yang ada dan memperkuat khasanah pengetahuan yang ada dalam organisasi ini yang dipergunakan untuk memwujudkan tujuan dari organisasi tersebut. Walaupun banyak cara yang dilakukan untuk tujuan tersebut, namun dalam hal ini menggunakan pemberdayaan pengetahuan dengan konsep KMS lewat portal MOODLE yang tampilan utamanya friendly dan interface, artinya bisa digunakan oleh siapa saja baik itu orang awam atau profesional yang ada dalam intra Dinas Sosial sebagai pengembanagn dan membudayakan pengetahuan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Kreatif dan inovatif juga sebagai efek akibat KMS ini, jadi tidak ada sekat yang berarti untuk mengembangkan KMS ini yang notabene bermuara pada memperkaya ilmu pengetahuan masing-masing pegawai lewat portal web ini (MOODLE) ini. Sekat tersebut adalah menghilangkan atau memperkecil birokrasi yang ada sehingga dapat mengefektifkan dan mengefesiensikan pekerjaan yang berhubungan antara bawahan dan atasan. Saran saya, jika sudah disosialisasikan kepada pegawai dan digunakan maka harus terus dilakukan pengunggahan pengetahuan yang ada, jadi ada orang tertentu yang bertangungjawab atas KMS ini sehingga KMS ini dapat berjalan lancar dan menghasilkan manfaat yang dapat dirasakan seluruh pegawai di Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Dalkir, Kimiz. 2005. Knowledge Management in Theory and Practice. USA: Elseiver.
Habibie, et al.2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Knowledge Sharing Karyawan pada Departement Support dan Engineering Services PT. Inco Tbk.
McNabb, David E. 2007. Knowledge Management In The Public Sector; a Blueprint for Innovation in Government. New York: M.E Sharpe.
Natalia Kosasih dan Sri Budiani. Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Karyawan:Studi Kasus Deparemen Front Office Surabaya Plaza Hotel. Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra. (http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT)
Suhitarini Soemarto Putri dan Togar Harapan Pangaribuan. Knowledge Management System: Knowledge Sharing Culture di Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Bahan Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi di Yogyakarta, 20 Juni 2009.


Tugas UTS Knowledge Management

“UJIAN TENGAH SEMESTER”
KNOWLEDGE MANAGEMENT
PENGARUH MEKANISME TRANSFER, MOTIVASI DAN BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP KNOWLEDGE SHARING
PADA TENAGA MEDIS

Di Review Oleh:
Adytia Sekti Gladys Prasastie
RINGKASAN ARTIKEL
Abstrak
Knowledge Sharing merupakan proses penyebaran pengetahuan dari seseorang kepada orang lain dalam suatu organisasi dan merupakan inti dari knowledge management (manajemen pengetahuan). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pengaruh mekanisme transfer terhadap knowledge sharing (2) pengaruh motivasi terhadap knowledge sharing (3) pengaruh budaya organisasi terhadap knowledge sharing (4) faktor yang mendominasi diterapkannya knowledge sharing oleh kalangan dokter di RSUD Haji Prov. Sulsel. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan crosssectional study yang dilakukan di RSUD Haji Prov. Sulsel, dimana pengambilan datanya melalui kuisioner yang dibagikan terhadap empat puluh tiga dokter sebagai respendon. Data yang dikumpulkan dianalisa dengan analisis korelasi dan regresi linear.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari faktor mekanisme transfer dan motivasi terhadap knowledge sharing. Selanjutnya ditemukan bahwa faktor budaya organisasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya knowledge sharing di kalangan dokter RSUD Haji Prov. Sulsel. Ditemukan pula bahwa faktor motivasi menjadi faktor yang mendominasi terjadinya knowledge sharing. Walaupun demikian secara simultan ketiga faktor tersebut hanya mempunyai pengaruh sekitar 38, 3% terhadap knowledge sharing. Masih banyak faktor lain yang memberi kontribusi terjadinya knowledge sharing khususnya di kalangan dokter RSUD Haji Prov. Sulsel seperti kepemimpinan, teknologi, dan lain sebagainya.
Pada artikel ini terdapat beberapa masalah yang mendasari peneliti unutk melakukan penelitian terkait knowledge management sharing, diantaranya adalah ditemukan bahwa terdapat ketidakinginan berbagi pengetahuan dari tenaga medis yang telah mendapatkan pelatihan dengan dalih biaya sendiri. Program pengarsipan dan pendokumentasian yang kurang baik atau bahkan tidak ada dengan bukti pada kisaran 12 % dokumen yang tersisa yang bisa dimanfaatkan oleh panitia kerja akreditasi. Selanjutnya fakta lain yang harus disadari oleh manajemen RSUD Haji Prov. Sulsel adalah tidak semua tenaga medis di rumah sakit tersebut merupakan tenaga tetap, sehingga peluang tenaga medis tersebut untuk meninggalkan instansi sangatlah besar tentunya juga membawa knowledge yang dia miliki. Padahal idealnya adalah knowledge tersebut seharusnya tetap berada di rumah sakit bukan hanya milik perseorangan tetapi milik umum yaitu pihak rumah sakit dan seisinya. Dengan demikian dibutuhkan suatu kajian holistik untuk mengetahui bagaimana pengaruh mekanisme transfer, motivasi dan budaya organisasi terhadap knowledge sharing serta untuk mengetahui faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap knowledge sharing pada tenaga medis RSUD Haji Prov. Sulsel?
Hasil, Kesimpulan dan Saran pada artikel ini yaitu berdasarkan hasil penelitian ini, hasilnya yaitu mekanisme transfer memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pengembangan organisasi khususnya menyangkut knowledge sharing. Mekanisme transfer yang baik dan tepat bagi setiap individu menjadikan proses knowledge sharing menjadi lebih mudah. Mekanisme transfer pengetahuan antara lain bisa melalui program training, mentoring, knowledge group, brainstorming, IT system dan expatriates. Mengenai kesimpulan artikel ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara mekanisme transfer pengetahuan dan motivasi terhadap knowledge sharing pada tenaga medis RSUD Haji Prov. Sulsel dengan arah hubungan positif yang artinya semakin baik mekanisme transfer/motivasi maka semakin baik pula knowledge sharing. Ditemukan pula tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap knowledge sharing pada tenaga medis RSUD Haji Prov. Sulsel. Diantara faktor mekanisme transfer, motivasi dan budaya organisasi tersebut ditemukan faktor motivasi yang mendominasi terjadinya knowledge sharing pada tenaga medis RSUD Haji Prov. Sulsel. Oleh karena itu diharapkan manajemen RSUD Haji Prov Sulsel, terutama komite medik mendorong knowledge sharing pada tenaga medis sehingga menjadi sebuah bagian dari budaya organisasi. Untuk mendukung upaya tersebut maka diperlukan sebuah kebijakan agar setiap tenaga medis/pegawai yang telah mengikuti pelatihan/diklat diwajibkan untuk mempresentasikan pengetahuan yang telah diperolehnya sehingga terjadi knowledge sharing. Hal ini agar tenaga medis lainnya yang tidka mengikuti pelatihan mendapatkan pengetahuan dnegan cara knowledge sharing lewat forum diskusi yang ada.
  
DAFTAR PUSTAKA
Dalkir, Kimiz. 2005. Knowledge Management in Theory and Practice. USA: Elseiver.
McNabb, David E. 2007. Knowledge Management In The Public Sector; a Blueprint for Innovation in Government. New York: M.E. Sharpe.
Muh. Ilham Iskandar, Burhanuddin Bahar dan Indiarty Sudirman. Pengaruh Mekanisme Transfer, Motivasi dan Budaya Organisasi Terhadap Knowledge Sharing pada Tenaga Medis. Pascasarjana Universitas Hasanudin.
Natalia Kosasih dan Sri Budiani. Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Karyawan:Studi Kasus Deparemen Front Office Surabaya Plaza Hotel. Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra. (http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT)
Reza, Ardi Pradana. Knowledge Sharing Pada Community of Practice di PT Pembangkit Jawa Bali, Unit Pembangkit Gresik. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan - FISIP Universitas Airlangga.